Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sarana Curhat Terselubung, Menulis, dan Bernyanyi

27 April 2021   18:28 Diperbarui: 27 April 2021   18:33 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Getty Images

Setiap orang selama hidup pasti punya masalah. Baik orang miskin maupun kaya, baik rakyat jelata maupun pejabat teras, semua yang bernapas tidak mungkin tidak pernah susah.

Jengkel dengan orang, bingung masalah pekerjaan, masa depan suram, tertekan desakan nikah orangtua, kekangan dari berbagai peraturan, dan lainnya, yang itu mengganggu kebebasan pribadi, sehingga pikir dan rasa kita menjadi bermasalah.

Bila tidak ditemukan solusi, bisa terbawa sampai tidak tidur bermalam-malam. Jika tidak ada yang berinisiatif damai, bisa diam-diaman antarorang, bahkan sampai bermusuhan.

Ini tentu tidak baik jika dipendam berlama-lama. Selain menimbulkan sakit, berpotensi memperpendek umur, karena terlalu banyak pikiran. Kerutan timbul di mana-mana, banyak keriput muncul begitu saja.

Sebagian orang memutuskan mengatasinya dengan curhat. Bila punya teman dekat -- sahabat, tentu yang dapat dipercaya dan menjaga omongan, dengan mudah curhat tentang masalah langsung ditumpahkan.

Jika sahabat itu kebetulan pernah mengalami kejadian sama, pasti akan tersenyum dan seketika memberi solusi berdasarkan kejadiannya. Jika tidak, akan berpikir bersama untuk menemukan solusi. Jika tidak ditemukan solusi, setidaknya ada sedikit kelegaan dan kelepasan seusai bercerita.

Beban berkurang sedikit. Pikiran menjadi ringan. Kita beroleh bahagia, karena tertawa bersama. Terkadang memang, masalah yang sangat rumit, perlu ditertawakan, agar tidak stres menghadapinya.

Tetapi, adakalanya sahabat tidak selalu punya waktu untuk mendengarkan kita. Mereka juga ada masalah sendiri. Mereka punya kesibukan masing-masing. Tentu, kita tidak ingin merepotkan dan menambah masalah mereka.

Sebagian orang juga ada yang tidak suka bila tertangkap curhat. Dikira lemahlah, gampang baperanlah, mental tempelah, dan lainnya. Padahal, tidak bisa kondisi jiwa semua orang disamakan. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Ketidakbisaan mengatasi masalah bukan sebuah hal yang pantas dihina.

Lantas, bagaimana cara curhat bila sedang sendiri dan mengemasnya secara sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan orang? Ada dua, menulis dan bernyanyi. Keduanya, selain berguna melepaskan dan melegakan emosi, berguna juga untuk penjenamaan diri. Berikut ulasannya:

Tidak perlu ada teman

Seperti diurai di atas, menulis dan bernyanyi tidak perlu teman. Cukup laptop atau buku dengan bolpoin di atas meja dan bermodal suara. Silakan kita menulis cerita pedih di laptop. Silakan pula bernyanyi kisah sedih dalam kamar atau kamar mandi.

Kita bisa melakukannya sendiri. Dan itu, dianggap wajar oleh orang-orang. Bernyanyi sendiri dan menulis sendiri. Bukan sesuatu hal yang aneh, dibanding berbicara sendiri karena tidak ada teman.

Tidak mudah diketahui

Orang tidak gampang mengetahui kita sedang curhat. Pilih saja lagu kesukaan untuk dinyanyikan. Bilang saja sedang suka lagu itu, padahal lagu itu benar-benar sedang kita banget, menggambarkan kondisi kelemahan kita.

Menulis pun sama. Tidak ada orang dengan sengaja melihat laptop kita, mengamati apa yang kita tulis, lalu membahasnya serta menyimpulkan bahwa kita sedang curhat. Bila catatan pribadi, cukup kita yang tahu. Bagi orang yang malu tertangkap curhat, ini begitu efektif.

Menjadi karya

Curhat lewat tulisan banyak yang berbuah karya. Dikemas dalam bentuk cerpen atau novel. Bila tidak ingin panjang-panjang, puisi juga bisa. Tulisan opini sesekali pun sebuah curhat.

Jika sudah banyak tulisan, bisa dibukukan. Seperti itu pula lirik lagu yang diciptakan para komponis. Lirik lagu mengandung kisah-kisah curhat dari komponis itu sendiri atau kisah orang lain yang menginspirasi mereka. 

Bila Anda punya keahlian menciptakan lirik yang menyentuh perasaan, sekaligus tahu nada, curhat lewat lirik lagu dapat menjadi alternatif. Bila jumlahnya telah cukup, bisa disatukan menjadi sebuah album. Curhat berubah jadi karya. Produktif, bukan?

Beroleh nama

Sejalan dengan karya, orang yang berkarya, bila karyanya tenar, otomatis ikut terkenal. Banyak yang populer sebagai penulis. Tidak sedikit pula yang menyandang nama seorang penyanyi.

Mereka memberi inspirasi malah bagi banyak orang. Bila sudah mahir, bisa menjadi pembicara, yang tugasnya memberi tip-tip menulis dan mengajarkan cara bernyanyi. Kita bisa menjadi terkenal karena menulis atau bernyanyi tentang curhat.

Pundi-pundi tebal terisi

Efek domino terakhir adalah dompet kita perlahan terisi. Jika sampai taraf tenar, karya ternilai berkualitas dan disukai pasaran, sehingga banyak yang laku dijual, uang pada berdatangan mengisi pundi-pundi.

Sekali lagi, tanpa kita sadari, uang itu diperoleh dari hasil curhat. Saya tidak perlu sebutkan contoh. Banyak penyanyi yang kaya karena lagu-lagu curhat mereka menyentuh hati dan disukai banyak orang.

Tidak dapat dimungkiri, sebagian karya yang terkenal berawal dari kisah pencipta karyanya. Lebih tepatnya curhatan dari pengalaman pribadinya. Apa salahnya, jika curhat tidak sekadar dilepas agar kita lega, tetapi juga dikelola supaya mendatangkan manfaat lebih berupa kekayaan?

Saya sendiri secara terselubung kerap curhat, lewat cerpen. Sudah lima buku cerpen saya terbit dan terjual. Lumayan, nambah penghasilan.

...

Jakarta

27 April 2021

Sang Babu Rakyat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun