Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Sebuah Percakapan di Kamar Mandi

3 April 2021   22:48 Diperbarui: 3 April 2021   22:53 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:dok. rumah 

"Benar. Untung saja kamu cepat tolong saya."

Pemuda itu lekas berdiri. Ia mencuci tangannya dengan sabun, lalu mengambil sedikit pasta gigi, dan menggosok-gosokkannya pada giginya yang kuning-kuning itu. Wajahnya begitu puas. Hasratnya begitu tersalurkan. Kedua makhluk itu memandangnya lekat-lekat.

"Jadi, dia yang membuang kita?" kata makhluk itu.

Makhluk lain hanya mengangguk. Ia masih berusaha melekatkan dirinya pada dinding yang juga sudah ikutan licin seperti lantai itu. Ia tidak mau bernasib sama dengan teman-temannya.

Keesokan hari, pemuda itu masuk lagi ke kamar mandi. Mukanya ditekuk. Tangan kanannya memegang sebuah buku tebal. Tangan kirinya melihat telepon seluler. Rambutnya mulai menipis, mungkin begitu pusing belajar. Takada senyum sama sekali. Buku itu dilempar begitu saja ke dalam kamar. Tinggallah ia duduk memandang sebuah video di telepon seluler itu.

Tangannya melepaskan celana panjangnya. Lalu celana dalam. Ia mulai melakukan ritualnya, yang terus dilihat kedua makhluk itu setiap malam, sebelum ia tidur. Ia memegang sesuatu yang tiba-tiba berdiri, mengocoknya terus, hingga keluar percikan cairan itu.

Mereka hafal, ketika pemuda itu sudah jenuh, hampir stres, mulai hilang harapan, ia akan melakukan itu. Dan entah mengapa, setelah itu, mukanya menjadi cerah dan begitu ceria.

"Plukkk...."

Terdengar lagi percikan cairan jatuh. Kedua makhluk itu memandang ke lantai. Di lantai, berserakan teman-teman mereka yang juga terus meminta tolong dengan suara yang begitu nyaring tetapi tidak terdengar oleh pemuda itu. Beberapa berusaha memanjat dinding, tetapi tidak mampu dan akhirnya tergelincir karena begitu licin. Kedua makhluk itu begitu beruntung, karena sudah sampai ke dinding yang kering dan tidak terjangkau air.

"Tolong... tolong...."

Teriakan memilukan terus terdengar. Kedua makhluk itu ingin sekali menolong, tetapi di satu sisi mereka tidak tahu bagaimana caranya. Bila mereka turun ke bawah, sudah barang tentu nasib sial juga mereka alami. Mereka akan hanyut bersama teman-temannya. Tetapi, lolongan menyedihkan itu selalu mengganggu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun