Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tantangan-tantangan dalam Menulis Cerpen

19 Maret 2021   07:37 Diperbarui: 19 Maret 2021   08:18 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semisal: "ibu membeli pisang di pasar". Saya akan merangkainya lebih indah dan menarik.

"Dengan langkah tertatih-tatih, bersama hawa dingin dan matahari yang belum muncul subuh itu, ibu bergegas pergi ke pasar membeli pisang, agar kemarahan ayah tidak kembali berulang."

Jadi muncul banyak pertanyaan dari kalimat itu. Mengapa ibu tertatih-tatih? Mengapa harus subuh-subuh? Mengapa pula pisang bisa membuat ayah tidak marah? Ini pancingan agar pembaca terus membaca.

Mempercantik ide

Saya rasa tidak sekadar cerpenis yang butuh ide. Semua penulis pasti memerlukan ini. Satu kalimat cukup, tidak perlu banyak-banyak. Yang penting, dikembangkan secara menarik dan tentunya unik.

Mencari ide di mana saja bisa, kapan pun, dan bersama siapa, terserah. Bertukar pikiran dengan teman, membaca buku bacaan, menonton televisi, dan lain sebagainya. Sebisa mungkin ide yang ditangkap tidak biasa, untuk menghindari pembaca dan penulis bosan.

Contohnya, A.A. Navis menulis cerpen "Malin Kundang, Ibunya Durhaka". Ini menarik dan unik bagi saya, karena yang saya tahu, Malin Kundang yang durhaka. Seperti apa bila ibunya durhaka?

Menyiratkan pesan moral

Banyak bacaan sudah menuliskan nasihat, contohnya kitab suci, buku pelajaran, buku agama, buku motivasi, dan lainnya. Cerpen sebagai salah satu karya sastra, memang seharusnya mengandung pesan moral agar pembaca mendapat manfaat dan terinspirasi kehidupannya.

Tetapi, tidak hanya nasihat yang diharap pembaca. Ada pula cerpen yang menghibur karena mengandung lelucon. Cerpen emosional yang mampu menggugah rasa karena mengulas cinta. Itu pun sama menariknya.

Oleh sebab itu, saya terus berlatih agar tidak memberatkan pembaca dengan menyuratkan nasihat demi nasihat dalam cerpen. Tetapi, lebih ke arah berbagi cerita yang sama-sama mungkin pernah kita alami dan sekelumit pertanyaan yang diharapkan bila dijawab bisa mengubahkan dan mencerahkan. Lebih baik memang kita tidak saling mengajari, tetapi sama-sama belajar dan merenung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun