Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ragam Pembuka Cerpen yang Menarik

6 Maret 2021   11:06 Diperbarui: 6 Maret 2021   12:05 16269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya tidak tahu bagaimana cara Anda membaca sebuah cerpen. Setelah tahu judul, barangkali sebagian Anda dengan begitu setia membaca dari paragraf pembuka, terus ke isi, kemudian akhir. Ini mungkin karena Anda sudah tahu cerpenisnya adalah pengarang bernama besar, sehingga tidak ragu akan kualitas dan tidak ingin melewatkan sekadar satu kalimat.

Atau, ada yang langsung ke akhir cerita untuk menguji tingkat menariknya? Atau, ada yang membaca komentar pembaca, bila cerpen itu unggahan yang bisa dikomentari? Terserah. Bagi saya itu hak masing-masing.

Yang pasti, dari sebagian besar cerpen pilihan Kompas tahun 1995 dan 1996 yang pagi ini selesai saya baca-judul bukunya tahun T, tetapi yang disajikan karya T-1- cerpenis pasti berusaha menyajikan setiap bagian cerita semenarik mungkin. Tidak terkecuali paragraf pembuka.

Biasanya satu atau dua paragraf, bagian ini merupakan pemanasan. Saya sebagai cerpenis merasakan bagian ini penting. Bagaimana menarik pembaca untuk lebih lanjut membaca keseluruhan cerpen? Bagaimana pula mengumpulkan tanya di benak pembaca untuk kemudian mencari jawabannya sampai akhir cerita? Seringkali paragraf pembuka menjadi tumpuannya.

Sungguh sayang bila hasil belajar saya tidak dituliskan. Selain sebagai tolok ukur apakah saya berhasil menyerap hasil bacaan, izinkan saya berbagi untuk Anda, mana tahu berguna bila Anda ingin menulis cerpen. Mari sama-sama belajar ragam paragraf pembuka yang menarik dari karya pengarang besar. Saya sebutnya cerpenis senior.

Kondisi alam

"Hujan yang turun tadi sore telah membasuh seluruh kota. Kini, malam yang masih mentah ditaburi titik-titik lembut air. Angin sesekali berhembus, menyusupkan rasa dingin sampai ke tulang."

Di atas, paragraf pembuka cerpen berjudul "Puteri Keraton" karya Marselli Sumarno, dimuat di Kompas, 12 Juni 1994. Beliau menuliskan bagaimana kondisi alam, dengan bermain-main bersama hujan, malam, angin, dan hawa dingin.

Bagi cerpenis yang juga pencinta alam, pasti membuat paragraf pembuka seperti ini tidaklah sulit. Bahkan, sering menyajikannya indah, dengan majas personifikasi, membuat seolah-olah alam seperti manusia, benda mati yang bisa bergerak dan punya perasaan. Saya sering menggunakannya.

Mungkin, bisa Anda tuliskan situasi lain:

"Siang itu matahari terlalu kejam. Awan yang malu hadir di langit yang begitu terang, membuat sinarnya yang panas menyengat begitu saja menyentuh jalan, membakar setiap bagiannya, membuat anak-anak yang sedang bermain bola berjalan berjingkat, tidak tahan dengan aspal yang terbakar hingga mendidih, sampai-sampai mungkin bisa membuat sebutir telur masak tanpa minyak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun