Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Kepala Kampung Baru

4 Maret 2021   19:11 Diperbarui: 4 Maret 2021   19:27 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bagaimana ini, benar kamu sudah kirim?"

"Sudah sudah," kata Jamadi. Berbohong. Tumpukan amplop dan lusinan telur masih mengendap di rumahnya. Ia termasuk warga yang mulai tersentuh dengan kebaikan Surimin dan mulai muak dengan sifat licik Pak Wagiyo. 

Untuk membalas dendam, dia masih berpura-pura menjadi tangan kanannya. Dia tidak ambil pusing meskipun orang lawan bicaranya itu, yang menemaninya membakar warung warga, masih setia pada pak Wagiyo.

Adakah orang jahat akan selalu berjaya? Suatu ketika, mereka akan dibalas dengan kejahatan pula.

Memang, penduduk desa itu berjumlah seratus tujuh puluh orang. Tetapi, yang bisa memilih hanya seratus lima puluh satu orang, terdiri dari lima puluh bapak, lima puluh ibu, dan lima puluh satu pemuda berusia di atas tujuh belas tahun. Sisanya, sembilan belas orang, masih anak sekolah dasar.

"Tinggal satu ya Bapak Ibu, harap diperhatikan," kata penghitung suara.

Hujan perlahan turun. Udara semakin dingin. Tetapi rasanya tetap saja panas. Laron-laron kian berkerumun di sekitar petromaks.

"Sulepret... Sulepret... Sulepret!!!"

"Surimin... Surimin... Surimin!!!"

Sulepret dan Surimin saling menatap tajam.

"Harap tenang, Bapak Ibu! Harap tenang! Kalau Bapak ibu masih berisik, saya tidak akan baca suara terakhir ini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun