"Istirahatlah sebentar, jangan dipaksakan. Masih ada 12 jam lagi kok. Nonton video aja dulu, nanti pasti dapat inspirasi." Susi berusaha menenangkan. Besok, tepat pukul 6 pagi, konsep novel itu harus diserahkan kepada penyunting. Begitu perjanjiannya.
Andi bergerak masuk ke kamar. Lima menit dia tinggalkan Susi di ruang tamu rumahnya. Tidak berapa lama, dia kembali menemui Susi.
"Yang, kamu bisa bantu aku?" Andi bertanya sembari membujuk rayu.
"Kenapa yang?"
"Bantuin aku, menyelesaikan cerpen ini."Â
"Pasti, pasti kubantu. Dari dulu kan aku selalu ada buatmu"
Andi mengeluarkan sesuatu dari saku celana. Sebuah kotak kecil berwarna merah, disodorkan ke depan Susi. Dibukanya perlahan, dan terlihat seuntai kalung emas putih yang berkilauan.
"Maukah kamu menjadi pasangan hidupku?"
Susi terkejut. "Apa sih yang, kok tiba-tiba begini?" Pipinya merah merona. Darahnya mengalir kencang. Suatu perasaan yang tak terjelaskan dia rasakan.
"Iya yang, maukah kamu menemaniku seumur hidupku, sebagai istriku?" Andi mempertegas pertanyaan.
Susi terdiam sejenak. Dia tidak bisa berkata-kata. Kepalanya yang mengangguk terlihat lebih dari cukup sebagai jawaban. Andi melompat kegirangan. "Yeayyyy"