Aku berdiri tegap di depan pintu. Mengetuk...
Langkah kakiku perlahan terhenti, di depan pintumu yang tegak berdiri.
Kupandangi sekilas, terlihat kayumu mulai lapuk. Gagangnya kendor dimakan waktu, engsel berbunyi merusak lagu. Bahkan, hiasan gantung menunggu jatuh.
Entah, aku tidak tahu sudah berapa orang mengetuknya, berapa jari menyentuhnya, berapa kaki membekaskan jejak padanya.
Kendati begitu, aku tetap mau mengetuk. Tinggal dirimu, masih maukah membukakan pintu bagiku?
...
Jakarta
3 Oktober 2020
Sang Babu Rakyat