Pernahkan Anda mendengar stigma bahwa lelaki malas untuk makan sehat?
Berdasarkan sumber, dari hasil penelitian Universitas Negeri Kent, Amerika Serikat, terdapat bukti yang menunjukkan bahwa lelaki lebih malas makan buah dan sayuran daripada wanita.
"Hasil studi menunjukkan bahwa pria tidak memiliki kepercayaan sebesar wanita terhadap sayur dan buah demi kesehatannya. Pria pun juga merasa tak bisa selalu mengonsumsi sayuran, terutama jika sedang di tempat kerja atau saat menonton TV,” kata John A Updegraff, profesor psikologi sosial dan kesehatan dari Universitas Negeri Kent.
Bila menilik dalam negeri, melihat data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2013, 93,5 persen penduduk Indonesia di atas 10 tahun mengonsumsi sayur dan buah di bawah anjuran. Konsumsi sayur masyarakat Indonesia masih rendah, yaitu 33,5 gram per orang per hari (dengan konsumsi buah hanya 57,1 gram per orang per hari).
Apakah Anda salah satunya?
Tolok ukur makan sehat
Tentunya kita masih ingat Empat Sehat Lima Sempurna, bukan? Kampanye yang dilakukan pemerintah sejak tahun 1955 ini bertujuan agar masyarakat memahami pola makan yang benar. Terdiri dari empat sumber nutrisi penting, yaitu makanan pokok, lauk pauk, sayur mayur, buah-buahan, dan disempurnakan dengan susu bila mampu.
Dikatakan bila mampu, karena menyesuaikan dengan kondisi keuangan masing-masing. Untuk memenuhi ketersediaan makanan bernutrisi lengkap, diakui membutuhkan dana yang minimal tidak sedikit.
Sebagai orang yang tinggal di ibukota, menilik beragam makanan siap saji beserta harganya bila dibeli, memenuhi makanan berstandar benar dan sehat itu tak ada yang murah.
Kendati membeli bahan dan memasak sendiri, tetap saja tidak murah. Sekali makan di warteg dengan nasi, ikan, dan sayur beserta minum minimal 15.000 harus keluar. Ini belum ditambah buah dan susu ya. Entah kalau di tempat Anda, mungkin bisa lebih mahal atau murah.
Selain faktor keuangan, seperti diulas tadi, faktor kesadaran juga penting. Ada yang mampu finansial untuk membeli, tetapi memilih untuk makan junk food, alias makanan sampah.
Aku sendiri sedari kecil tidak pernah diajari untuk memilih-milih makanan. Kebetulan keluarga kami menjaga proporsi makanan, tidak pernah berat sebelah. Semisal, ketika makan bersama, pasti menu lauk dan sayur ada. Sesekali ditambah buah. Kebiasaan itu terbawa sampai sekarang.
Motivasi menjaga pola makan berimbang dan sehat
Untuk masalah makan, aku memang menaruh perhatian tinggi akan segala yang masuk ke dalam tubuh. Sesekali pernah, makan junk food dan minuman berkarbonasi, ketika berkumpul bersama teman. Selebihnya, sesuai dengan kebiasaan sedari kecil.
Sadar, kesehatan adalah investasi termahal
Kesehatan memang tidak terlihat seperti uang, tetapi harganya lebih mahal daripadanya. Bila tak sehat, tak bisa kita mencari uang. Tak bisa pula dengan leluasa bekerja. Semua terganggu lah, tak ada yang enak bila sakit. Emosi pun ikut sakit.
Tidak mau merepotkan sekitar
Bila sakit karena sembarangan makan, semisal terkena diabetes karena konsumsi kandungan gula berlebihan, ada potensi kita merepotkan keluarga sekitar. Mereka mau tidak mau merawat, dan itu aku sangat tidak mau terjadi. Sebisa mungkin, tidak merepotkan orang lain selagi masih bisa diusahakan sendiri.
Ingin panjang umur
Dengan meminimalisir sakit, sangat mendukung tercapainya panjang umur. Menjadi tua tanpa sakit-sakitan, melihat keturunan dengan tanpa halangan, sepertinya menjadi keinginan sebagian besar dari kita.
Menghargai pemberian Tuhan
Seperti kita tahu, waktu dan kesehatan adalah pemberian Tuhan. Dengan menjaga kesehatan, kita terhitung orang yang menghargai pemberian tersebut.
Bentuk melawan Covid19
Di saat sekarang, makan sehat sangat penting. Memberikan nutrisi lengkap bagi tubuh agar imunitas terbentuk dengan baik. Secara langsung, akan menguatkan tubuh kita sehingga tidak gampang terserang Covid19.
Jadi, sebetulnya tak ada alasan yang menghalangi kita, untuk makan makanan sehat. Semua kembali kepada niat dan perbuatan. Ada juga makanan yang murah tetapi sehat. Yuk, makan sehat kawan. Cintailah kesehatan.
...
Jakarta,
24 September 2020
Sang Babu Rakyat