Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kerinduan yang Belum Tersampaikan Gegara Covid-19

7 Juli 2020   09:51 Diperbarui: 7 Juli 2020   09:56 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Corona, Sumber: bimbingan islam.com

Penulis adalah anak yatim. Sang ayah telah meninggalkan dunia ini sekitar sepuluh tahun yang silam. Tinggallah seorang mama (penulis terbiasa memakai mama bukan ibu) yang telah berumur tinggi, 74 tahun tahun ini, dan tinggal dekat dengan kakak-kakak penulis nun jauh di sana, di kota kecil pesisir utara pulau Jawa. Jepara namanya.

Tidak bermaksud mengesankan bahwa tulisan ini bernuansa sedih, tapi memang inilah kenyataannya.

...

Ada hal-hal yang penulis rindu untuk lakukan, ketika pulang ke kampung bertemu dengan mama. Namun, semua itu belum bisa dikerjakan sampai detik ini, menunggu situasi aman dan kondusif terlebih dahulu. 

  • Rindu mencium pipinya

Ikatan batin antara seorang anak dengan mamanya. Kebiasaan ketika berjumpa, mencium pipinya kanan dan kiri, sebagai salah satu bentuk tanda sayang dan hormat. Iya, sampai kapanpun, orang yang terpenting dalam hidup, dimana Yang Maha Kuasa masih izinkan hadir di dunia ini, akan terus penulis hormati sampai selamanya, apapun keadaannya. Berawal dari rahimnya, penulis telah menikmati keindahan dunia.

  • Rindu beribadah bersama

Minggu adalah hari dimana kami, penulis dan mama, pergi bersama-sama ke gereja untuk beribadah. Berbekal sepeda motor, kami bonceng berdua. Terasa ada kesukaan tersendiri ketika beribadah bersama dengan orang tua. Setelah beribadah, kami pun terbiasa bersantap bersama di warung soto ayam yang telah terkenal dan berlokasi di pinggir sungai dekat gereja.

  • Rindu dinasihati secara langsung

Diomeli adalah hal wajar yang dilakukan orang tua kepada anak. Nasihat akan pengalaman hidupnya, tentang kebaikan yang harus dijalani sang anak, disampaikan melalui perkataan beliau yang panjang lebar. Kami pun saling berbincang dan bersenda gurau. Terkadang berulang, tetapi saat ini, itu yang sangat rindu untuk didengarkan. 

  • Rindu mengantar ke pasar

Di pasar, kami berbelanja kebutuhan makan, mulai dari beli sayur, lauk, tak lupa beras. Berdesakan, berhimpitan, dan menyenangkan. Diringkas menjadi satu kata, seru. Sungguh pengalaman yang membekas dan sangat sayang untuk dilupakan. Walau sekarang, harus pakai masker dan jaga jarak.

  • Rindu berwisata bersama

Jepara, sebagai daerah pesisir yang memiliki garis pantai, adalah kaya akan objek wisata pantai yang indah dan menawan. Pantai Kartini, salah satunya. Di sinilah, penulis sering menghabiskan waktu dengan mama, sekedar untuk menikmati keindahan alam yang ada.

Untungnya, sedikit terobati semua kerinduan ini, dengan kecanggihan teknologi yang ada. Minimal, dapat saling bercakap melihat muka, walaupun tidak secara langsung.

...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun