Mohon tunggu...
Franciscus Tamba
Franciscus Tamba Mohon Tunggu...

Manusia biasa yang berusaha menghargai seluruh hadiah yang diberikan kepadanya, khususnya HARI INI! Blog Pribadi lifeisgift.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Lemari Keinginan

26 Mei 2011   15:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:11 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya lupa dalam film apa, tapi ketika itu sang ayah sedang melakukan hal yang diimpikannya. Sang anak bertanya kenapa ibu membiarkan ayah melakukan itu. Sang ibu dengan bijak mengatakan:” anakku, sepanjang hidupnya, ayahmu telah menyimpan semua keinginan dan kesukaannya ke dalam lemari agar Ia dapat memenuhi keinginan dan kesukaan anak dan istrinya. Kini saatnya dia ingin melakukan satu saja keinginannya. Mengapa kita harus mencegahnya setelah semua yang telah dia perbuat untuk kita?”

Sepenggal kisah itu begitu mengena di hati saya. Dan tanpa bermaksud menyombongkan diri, saya telah memendam semua keinginan dan kesukaan saya ke dalam lemari untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan Keristina, istriku, dan Leo anakku. Dan bukan ingin membandingkan Keristina dengan sang ibu dalam cerita di atas (Keristina begitu menderita sepanjang hidupnya sehingga untuk bertahan hidup saja sudah merupakan anugerah terindah buatku) kadang dalam beberapa kesempatan saya ingin melakukan satu keinginan yang terpendam itu. Namun itu sampai saat ini belum terlaksana, entah karena keadaan yang tidak memungkinkan, atau saya yang tidak berani menyampaikan kepada Keristina dan Leo.

Padahal keinginan itu tidak muluk-muluk, hanya ingin menyepi beberapa hari ke suatu tempat, jauh dari hiruk pikuk duniawi, bebas dari tanggung jawab seorang ayah, seorang suami, seorang manajer, seorang teman, seorang anak, seorang Franciscus Hasiholan Tamba. Memang dalam beberapa kesempatan saya coba melontarkan ide ini secara implicit. Misalnya,”Ma, tampaknya enak nih kalau saya pergi ke bandung di sabtu mendatang, kepengen ketemu teman-teman lama.” “ wah pa, kan minggu depan Leo ulangan, siapa yang ngajarin?”. Atau di saat lain, “saya tampaknya mau mengambil training ke Singapura bulan depan” “kenapa ngga ngambil yang dekat-dekat saja sih pa? kasihan Leo jarang ketemu papanya.”

Ya sudah, akhirnya saya menyerah dan kembali menguburkan keinginan itu di pojok terdalam dari lemari keinginan saya. Lalu saya kunci pintunya, dan kuncinya saya telan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun