Mohon tunggu...
Husni Fatahillah Siregar
Husni Fatahillah Siregar Mohon Tunggu... Lainnya - Content Writer

Corporate Communication - Tennis Addict

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Serba-serbi Suami Diplomat: Melepas Karir dan Mengurus Rumah Tangga

20 Juni 2021   14:29 Diperbarui: 20 Juni 2021   17:03 2530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi prospek kerja sebagai diplomat (Sumber: pexels via kompas.com)

Nah, yang menjadi banyak pertanyaan, jika saya tidak diperbolehkan bekerja, apa yang saya lakukan selama mendampingi istri bertugas?

Pertama, pastinya saya menjadi bapak rumah tangga. Saya mengurus rumah tangga dan memastikan istri dan anak kebutuhannya tercukupi. Memang mengurus rumah tangga tetap harus menjadi kewajiban istri. Tapi, sekali lagi ini soal kompromi. 

Di penugasan istri yang pertama, kami membawa asisten rumah tangga, sehingga semua urusan rumah tangga tinggal terima beres. 

Di tahun terakhir penugasan saja barulah kami melepaskan diri dari asisten rumah tangga dan belajar untuk menjadi lebih mandiri.

Nah, di penugasan istri yang kedua ini, saya dan istri berkompromi bahwa sebagian besar urusan rumah tangga biar menjadi urusan saya. 

Hal ini saya lakukan juga untuk memberi contoh pada anak laki-laki saya, bahwa kelak ia dewasa dan berumah tangga ia harus mau ringan tangan membantu istrinya mengurus rumah.

Kedua, yang bisa saya lakukan adalah tetap beraktivitas dan berkarya melalui tulisan. Saya bersyukur diberikan kemampuan untuk mengolah rasa dan kata menjadi sebuah tulisan, sehingga kemampuan itu bisa saya pergunakan untuk tetap beraktivitas tanpa harus kehilangan waktu berharga bersama keluarga. Salah satu media yang saya gunakan untuk mengolah rasa dan kata, ya melalui Kompasiana ini, sehingga talenta menulis itu tetap terasah. 

Salah satu manfaat yang saya peroleh dari kemampuan menulis, saya bisa mendapatkan berbagai proyek paruh waktu dari Indonesia sebagai content writer dan yang membahagiakan bisa terlibat sebagai tim penulis sebuah buku. Tentunya saya berharap, suatu hari bisa menulis dan menerbitkan buku karya sendiri, aamiin.

Ketiga, melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Di penugasan istri yang pertama, hasil kompromi yang win-win bagi kami saat itu adalah saya melanjutkan pendidikan magister sembari mendampingi istri. 

Ketika itu istri ditugaskan di Singapura, tidak jauh dari Indonesia. Namun, anak kami baru berusai 3 bulan saat itu. Sehingga walaupun ada asisten rumah tangga, saya tidak ingin anak saya menjadi "anak asisten rumah tangga". 

Saya bersyukur bisa diterima dan mengecap pendidikan di salah satu perguruan tinggi terbaik tidak hanya di Singapura, tapi juga di Asia bahkan dunia karena rezeki mendampingi istri yang bertugas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun