Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Paradoks Mental Manusia

21 Juni 2019   10:40 Diperbarui: 21 Juni 2019   12:39 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin orang-orang akan menganggapku sebagai manusia yang tidak berguna, tidak pernah bersyukur, atau mungkin mereka akan menganggapku sebagai manusia laknat. Aku hanya sekedar bingung, terlalu jenuh dan sudat teramat lelah memerankan diriku ini. 

Sedari kecil aku sudah tidak mempunyai  pilihan dan kebebasan, dan aku yang sudah terlampau lelah ini benar-benar sudah tidak lagi bisa berfikir secara jernih. Orang-orang yang mensehatiku berkata jangan, jangan, dan jangan. Kata mereka, ada banyak manusia yang tidak lebih beruntung dari aku. 

Tapi aku sendiri sudah merasa jenuh dengan penghakiman yang demikian, sehingga menurutku tidak ada perlunya membanding-bandingkan antar kehidupan seseorang. Tiap manusia mempunyai kehidupannya masing-masing, dan juga permasalahannya masing-masing. Dalam tiap permasalahan itu mempunyai tekanan yang masing-masing pula. 

Sehingga hematku, mencoba menjadi bijak dengan cara membanding-bandingkan atar kehidupan seseorang teramat naif. Tidak ada yang perlu untuk dibandingkan, dan untuk apa hal itu dilakukan? Mereka hanya pandai  berujar, tetapi tidak bisa untuk merasakan. Mereka hanya sanggup menilai dari sisi mereka sendiri, menurut persepsi mereka sendiri.

Ketika diajak untuk bertukar posisi, mereka enggan, ogah. Itulah kenapa aku berkata bahwa tidak ada guna membanding-bandingkan antar kehidupan. Orang yang sudah teramat lelah tidak perlu nasehat, apalagi penekanan. Orang yang sudah teramat lelah hanya membutuhkan solusi. Sebuah solusi yang mampu mendamaikan semua pergejolakan logika serta batin.

Aku berbicara mengenai mereka yang menjadi korban bullying, memiliki mental disorder entah itu bipolar, sociopath, atau yang semacamnya. Orang-orang dengan penyakit mental seperti tadi benar-benar tidak membutuhkan orang suci, orang bijak, atau motivator. Mereka hanya membutuhkan jalan keluar, sebuah solusi yang  benar-benar solusi.

Ada orang yang rela mengakhiri hidupnya karena sudah tidak menanggung tekanan hidup. Ada orang yang rela menyakiti tubuhnya karena merasa dirinya sudah tidak berharga lagi. Dan ada pula orang yang rela pergi jauh hanya demi mendapatkan kebebasan. Ada banyak orang yang  seperti itu walau jumlahnya hanya minoritas. 

Dan kenyataan yang seperti itu adalah tanggup jawab kalian semua. Para orang tua, saudara kandung, teman, bahkan orang asing. Kalian semua ikut andil dalam pembentukan penyakit mental seperti yang sudah saya sebutkan di atas. Andai saja di dunia ini tidak ada tukang bully, pasti tidak akan ada lagi kasus orang yang bunuh diri karena merasa terhakimi. 

Andai saja di dunia ini tidak ada orang tua yang terlalu over protected, mengekakang, dan terlalu banyak menuntut, pastilah sudah tidak ada lagi kasus-kasus yang menyebabkan orang lari dari pengharapan orang tuanya masing-masing. Kejadian seperti ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi di semua negara. 

Tidak memandang negara miskin, berkembang, hingga maju. Orang-orang yang menyebabkan orang lain putus asa pasti ada di mana-mana, dan bahkan dari tempat yang tidak kita duga sebelumnya.

Sudah menjadi tugas serta tanggung jawab kita semua sebagai seorang manusia untuk mmemberikan perlindungan serta rasa aman dari orang-orang yang terancam masa depannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun