Mohon tunggu...
Hendri Susanto
Hendri Susanto Mohon Tunggu... Lainnya - Psikologi mengatakan, jika seseorang suka tidur, maka dia sedang bersedih. Ya benar. Saya suka tidur, tapi ya karena ngantuk aja.

Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Racuni Aku Playlist-mu Mas

10 Januari 2021   22:43 Diperbarui: 18 Januari 2021   14:40 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh (coolheadphonez.com)

Agaknya, kolase lagu-lagu favorit atau yang lebih populer dengan istilah playlist, telah menjadi tren bagi kaum milenial belakangan ini. Salah satu platform penyedia layanan musik digital Spotify pun telah membukukan arsip tentang lagu favorit yang senantiasa menemani penggunanya di sepanjang tahun 2020. Lagu-lagu yang terkumpul menjadi playlist tersebut pun menjadi penting karena dapat menginspirasi, menggambarkan mood, dan sisi sensitif bagi pemiliknya.

Musik memiliki pengaruh yang kuat dalam kehidupan manusia, dan tak jarang menginspirasi untuk berkarya. Sudah menjadi rahasia umum jika musik memiliki fungsi sosial sebagai penggerak dan kontrol masyarakat. Jika dulu ada Bang Iwan dengan Manusia Setengah Dewa-nya, setahun lalu solois yang pernah menjadi front man grup band Dewa-19 Ari Lasso punya "Tak Harus Sama" lagu yang memiliki pesan moral menjaga persatuan dan kesatuan tanah air. Tidak lama berselang bersama dengan Andra Ramadhan, Mas Ari juga merilis lagu "Indonesia Pasti Bisa"yang memiliki pesan untuk menguatkan masyarakat dalam menghadapi masa-masa susah.

Selain menginspirasi ide dan karya, musik juga menginspirasi tentang bagaimana dinamika berkehidupan. Pasang surut kehidupan menjadi bumbu penting untuk meracik musik yang berkualitas. Bahkan, perkembangan musik bergenre Folk di tanah air mendapat perhatian masyarakat mulai dari kawula muda, hingga para orang tua. Beberapa diantaranya menuai sukses besar. Sebut saja Pamungkas, Fiersa Besari, Hindia, Nadin Amizah, Danilla Riyadi, dan yang lainnya.

Cabang genre musik yang satu ini memang menarik dimana konten dari penyusunan lirik lebih menitikberatkan pada lika-liku kehidupan diantaranya kesukaran, asmara, motivasi, hingga protes-protes terhadap sesuatu yang dirasa kurang layak dalam bermasyarakat.

Bagaimana tidak, jika salah satu penggalan lirik lagu dari Band Hindia yang berjudul "Secukupnya" ini berbunyi "kapan terakhir kali kamu dapat tertidur tenang?"Pertanyaan semacam itu jelas membebani isi kepala di sepanjang malam - overthinking istilahnya.

Inspirasi yang didapat dari mendengarkan musik tersebut pun bermacam-macam. Dimulai dari hal yang paling sederhana, dengan mengutip salah satu penggalan lirik untuk dijadikan caption di sosial media, sampai menginspirasi menulis di laman blog untuk bercerita, dan lain sebagainya. Alhasil, belajar dengan diksi dari lirik lagu, manusia bisa menjadi bijak seketika.

Kekuatan musik lainnya terletak pada bagaimana musik dapat membangkitkan emosi, gairah, hingga semangat bagi mereka yang habis energinya. Manusia tak ubahnya baterai yang memiliki energi, batas daya, dan pengisian ulang. Bekerja setiap hari, beradu pendapat dengan atasan atau rekan bekerja, hingga belajar dan mengerjakan tugas-tugas kuliah, tentu melelahkan. Belum lagi apabila dalam suatu waktu terdapat hal yang berjalan tidak sesuai rencana, atau sedikit menyebalkan. Tak jarang rutinitas tersebut menjenuhkan. Ditambah faktor hati yang seperti cuaca - sering berubah-ubah - membuat manusia butuh pendongkrak, paling tidak untuk dapat menghela nafas yang lebih ringan.

Untuk mensiasatinya, saya memiliki beberapa list jagoan yang memiliki kekuatan untuk mengendalikan emosi-emosi liar diatas. Yang pertama saya mengandalkan The Cangcuters untuk membangunkan semangat saya di pagi hari sewaktu baru bangun tidur untuk mengawali hari dengan semangat yang berapi-api. Umumnya di siang hari saat matahari sedang terik-teriknya, semangat mulai kendor untuk bekerja. Ketika itu terjadi, saya mengandalkan lagu-lagu klasik macam Dewa-19, Padi, Bon Jovi, dan sejenisnya. Lumayan sambil ngopi ngerokok. Manakala hati sedang berberat hati, saya mendengarkan Rocker Juga Manusia-nya Seurieus, All I Want-nya Kodaline, dan Drown-nya Bring Me The Horizon. Tentu tidak ketinggalan beberapa hits dari Nadin Amizah, dan lagu-lagu Folk lainnya. Itu sangat membantu menyalurkan perasaan yang minta ditumpahkan.

Playlist juga disebut-sebut menyiratkan bagaimana sisi sensitif pemiliknya. Jika daftar lagu-lagunya cenderung bertema gelap, maka orang tersebut sedang melalui masa-masa susah. Paling tidak habis putus cinta. Sebaliknya, jika daftar lagu yang dibuat bertema cheerful, berarti orang tersebut sedang bersuka ria. Orang-orang yang merasa dekat dengan pesan-pesan lagu, merasa dirinya terwakilkan dengan lirik yang menyentuh perasaan.

Terlepas dari kedua sisi tersebut, timeline di sosial media Twitter belakangan ramai membicarakan tentang playlist ini. Yang menarik adalah bagaimana mereka berdiskusi tentang lagu. Melalui obrolan tentang lagu, publik bertukar pikiran tentang bagaimana lagu tersebut merepresentasikan dirinya sebagai manusia. Melalui lagu juga orang dapat membaca bagaimana suasana hati pendengarnya, apakah sedang sukar, atau bergembira. Bahkan, dimulai dari mengobrol tentang lagu, dapat memberikan kesan akan sensasi obrolan, personalia dan karakteristik pendengarnya, hingga salah satu indikator kecocokan antara kaum adam dan hawa.

Sebuah wadah aspirasi milenial di Youtube bernama Froyonion, mencoba menjawabnya dengan metode Blind Date. "Dari Musik Turun ke Hati" begitu judul yang mereka pasang. Mereka mempertemukan stranger, mendudukkan mereka bersama dalam satu meja, dan memulai obrolan. Para partisipan pun terlihat nyaman dengan acara tersebut. Bahkan ada yang berencana menjadikan pertemuan yang ditakdirkan tersebut tidak hanya soal kebetulan menjadi partisipan, melainkan sebagai awal untuk menjalin hubungan yang berkelanjutan.

Sebagai cabang dari ilmu Bahasa dan karya sastra, lagu/musik, memiliki nilai esensial yang sifatnya universal. Dalam sepak terjangnya, musik awal nya merupakan serangkaian ritus dalam beribadah pada masa revolusi gereja. Namun, orientasi musik hari ini telah berkembang dan menjadi salah satu hal yang di konsumsi secara berkelanjutan dalam kehidupan manusia.

Mendengarkan musik memang menyenangkan. Apalagi jika musik tersebut mewakilkan perasaan. Sebagai penutup, saya teringat kata almarhum Pakde Didi yang berkata "patah hati, yo dijogeti". Mengutip lagi dari jargon komika dan penulis Wira Nagara, kita harus bisa "berbahagia" dengan cara "berbiasalah".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun