Shalahuddin Al-Ayyubi adalah salah satu tokoh yang paling terkenal dalam sejarah Islam pada abad pertengahan. Ia adalah sosok pemimpin yang gagah berani, adil, dan memiliki strategi militer yang luar biasa. Namanya selalu dikenang karena keberhasilanya dalam merebut kembali Yerusalem dari tangan pasukan Salib pada tahun 1187 M.
Shalahuddin Al-Ayubbi atau yang bernama lengkap Ali Abu al-Muzaffar Yusuf bin Ayyub bin Syadzi ini mempunyai gelar yaitu Al-Malik an-Nasir Shalahuddin. Orang-orang Barat memanggilnya dengan nama Saladin. Ia lahir pada tahun 1137 M di Tikrit, wilayah yang kini berada di Irak. Ia berasal dari keluarga Kurdi yang memiliki latar belakang militer. Ayahnya, Najm ad-Din Ayyub, adalah seorang gubernur di bawah kekuasaan Dinasti Zengid. Sejak kecil, Shalahuddin mendapatkan pendidikan dalam ilmu agama, sastra, dan strategi militer. Ia tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan nilai keislaman dan kecintaan terhadap jihad.
Karier Militer
Sedari kecil ia sudah sudah menunjukkan kecerdasan dan keluhuran budi pekerti. Meskipun Shalahuddin kecil lebih suka belajar ilmu agama daripada kemiliteran, keadaan memaksanya ikut latihan kemiliteran sejak kecil. Shalahuddin memulai kariernya di dunia militer pada usia 16 tahun (1164 M). Ia dikirim oleh Gubernur Nuruddin ke Mesir untuk membantu Dinasti Fatimiyah melawan serangan tentara salib bermarkas di Palestina.
Shalahuddin memulai karier militernya di bawah bimbingan Nuruddin Zengi, seorang pemimpin Muslim yang berperan besar dalam perlawanan terhadap Tentara Salib. Setelah kematian Nuruddin, Shalahuddin berhasil menguasai Mesir dan mendirikan Dinasti Ayyubiyah pada tahun 1171 M. Ia kemudian memperkuat pasukannya dan memperluas wilayah kekuasaannya ke Suriah, Yaman, dan Hijaz.
Â
Perang Salib dan Penaklukan Yerusalem
Puncak kejayaan Shalahuddin terjadi dalam Perang Salib Ketiga, ketika ia menghadapi pasukan Salib yang dipimpin oleh Raja Richard "The Lionheart" dari Inggris. Pada tahun 1187 M, dalam Pertempuran Hattin, Shalahuddin berhasil mengalahkan pasukan Salib dan merebut kembali Yerusalem yang sebelumnya dikuasai oleh Kerajaan Kristen sejak tahun 1099 M.
Kemenangan ini menjadikan Shalahuddin sebagai simbol persatuan dan kekuatan Islam. Meskipun menjadi musuh utama pasukan Salib, ia dikenal karena sikapnya yang adil dan penuh belas kasihan terhadap penduduk Kristen di Yerusalem.
Akhir Hidup dan Warisan
Shalahuddin Al-Ayyubi wafat pada 4 Maret 1193 M di Damaskus dalam usia 56 tahun. Ia meninggalkan warisan berupa Dinasti Ayyubiyah yang berkuasa di wilayah Mesir dan Suriah, serta nilai-nilai kepemimpinan yang menjunjung tinggi keadilan dan toleransi.
Meskipun Shalahuddin telah wafat, tetapi kepergiannya tidak lantas menyurutkan semangat umat Islam untuk mempertahankan Yerusalem. Perjuangan dan cita-cita besar Shalahuddin dalam upaya mempersatukan umat Islam dan mengamankan Yerusalem dilanjutkan oleh para pewarisnya. Namun shalahuddin selalu menekankan kepada pewarisnya agar mengedepankan jalan damai bila dimungkinkan.
Hingga kini, Shalahuddin tetap menjadi inspirasi bagi banyak orang sebagai sosok pemimpin Muslim yang bijaksana dan penuh semangat juang. Namanya terus dikenang dalam sejarah Islam sebagai pahlawan yang mengembalikan Yerusalem ke pangkuan umat Islam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI