Tanpa kekuatan penata interinsik berupa jati diri bangsa yang bermutu berkarakter, serta ilmu pengetahuan dan teknologi, itu hanyalah alat dengan manusia yang tak punya kemampuan dan daya dorong untuk maju.
Kekuatan interinsik, menurut Hanief, pada hakikatnya adalah pendorong dan pembawa bangsa-bangsa di dunia ini menjadi lebih maju dan lebih sejahtera.
Maka itu menurut Hanif, bangsa Indonesia perlu banyak belajar dari sejarah revolusi industri era tempoe doeloe.
Ditambahkan, tak mungkin akan lahir revolusi industri, bila tak didahului dengan revolusi ekonomi dan teknologi. Selain itu, tak mungkin akan lahir revolusi ekonomi dan teknologi, jika tak didahului dengan revolusi mutu dan karakter bangsa.
Hanief menyebutkan hasil riset membuktikan bahwa karakter memiliki peran penting dalam mendorong kemajuan bangsa dari pada sekedar kecerdasan akademik tanpa karakter.
Suatu lembaga riset Gallup di Amerika Serikat melakukan riset terhadap CEO, dengan mengapa sejumlah orang yang sukses dan punya prestasi hebat. Ternyata, jawabanya sederhana dan sangat mengejutkan.Â
Mereka menjawab, ya karena saya punya semangat, atau ya karena saya punya daya juang, juga ya karena saya bekerjasama dengan baik, dan ya karena saya punya fighting spirit, serta ya karena saya bisa bersinergi positif dengan orang yang hebat juga, dan lain sebagainya.
Kenyataannya, dari riset tersebut kesimpulan jawaban itu semua satu, yaitu karena mereka punya karakter hebat.Â
Hasil riset ini membuktikan bahwa sebesar 60 % karena fungsi dan peran karakter hebat.Â
Sedangkan mereka yang menjawab karena memiliki kompetensi dan kecerdasan akademik sebesar 20 %. Selebihnya 20 % adalah karena faktor kiat-kiat, koneksi, dan kerabat.
Masyarakat Indonesia menurutnya sangatlah  beruntung, sebab pemerintah Indonesia telah berjanji akan memberi fokus pada penguatan pembangunan manusia Indonesia ke depan.Â