Mohon tunggu...
Politik

Ganti atau Tetap?

30 September 2018   22:02 Diperbarui: 30 September 2018   22:23 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saat ini di Indonesia sedang digempar-gemparkannya oleh berita tentang pelaksanakan pilpres 2019, menjelang pilpres 2019 ini banyak kader-kader dari berbagai partai yang mendukung para capres dan cawapres dengan cara mempromosikan pilihan mereka di berbagai media cetak ataupun televisi, selain itu juga masyarakat Indonesia sedang dilanda kegalauan akan pemilhan presiden yang dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019, hastag 2019 ganti presiden dan Jokowi 2 periode pun mendadak viral di media masa, selain kegalauan dari masyarakat sendiri banyak berita hoax yang bertebaran di media massa. Lalu bagaimana cara masyarakat dapat memilih capres dan cawapres.

Kegalauan masyarakat sebenarnya bisa dihilangkan jika, masyarakat dapat memilih dengan tepat siapa capres dan cawapres yang sesuai dengan visi dan misi yang masyarakat pakai, dan tidak mudah terhasut oleh media-media yang belum benar asal-usulnya. Mungkin hastag 2019 ganti presiden dan Jokowi 2 periode tidak terlalu berpengaruh seperti sekarang ini.

Sebenarnya diantara pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin atau Prabowo-Sandiaga Uno mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jika Jokowi menggandeng ulama sebagai pasangannya karena, beliau adalah sosok utuh sebagai tokoh agama yang dapat bekerja sama yang dikatakan langsung oleh Jokowi pada laman media online. sedangkan Prabowo menggandeng Sandiaga dikarenakan Sandiaga merupakan sosok alternatif yang bisa diterima oleh parpol koalisi, dan dijelaskan pula oleh Prabowo yakni,  ini hasil kesepakatan tiga partai pendukung yang dipublikasikan pada laman media online.

Jika kita lihat dari masing-masing capres, nomor urut satu atau Joko Widodo yang sekarang masih menjabat sebagai presiden RI yang sebelumnya menjadi gubernur DKI Jakarta, dan walikota Surakarta. Dari awal Jokowi menjadi walikota Surakarta ia dikenal sebagai sosok yang sederhana dan merakyat, yang dapat membenahi kota Surakarta pada masanya beliau menjabat. Dan nomor urut dua Prabowo Subianto merupakan perwira, militer, pembisnis, dan politisi. Dengan berlatar belakangkan militer, karier terakhirnya dalam militer dengan pangkat letnan jendral.

Dan jika kita lihat lagi dari latar belakang masing-masing cawapres, nomor urut satu KH. Ma'ruf Amin adalah seorang ulama dan ketua Majelis Ulama Indonesia yang kemungkinan besar para pendukungnya adalah para ulama dan para umat muslim, namun faktor usia bisa jadi hambatannya pula. Sedangkan nomor urut Sandiaga Uno adalah mantan wakil gubernur DKI Jakarta dan seorang pengusaha selain itu,yang dapat dipastikan beliau akan berkampanye tentang permasalahan ekonomi dan, karena sudah lebih dulu masuk dalam ranah politik memungkinkan Sandiaga lebih paham tentang politik dibanding Ma'ruf Amin.

Walaupun sudah membaca keterangan seperti diatas mungkin kegalauan masyarakat masih belum menemukan titik terang antara 2019 ganti presiden atau Jokowi 2 periode. masih banyak pertimbangan-pertimbangan lain diantara masyarakat dari berbagai sisi antara lain kepemimpinan, kejujuran, dan mungkin yang paling penting akhlaknya, sepertinya yang dituliskan oleh Mohammad Hatta pemimpin berarti suri tauladan dalam segala perbuatanya. Maka dari itu masyarakat seharusnya memilih capres dan cawapres yang dapat memberikan suri tauladan bagi masyarakatnya sendiri.

Mungkin ada beberapa solusi yang dapat saya sampaikan pada masyarakat terkait pemilihan calon presiden dan calon wakil presiden agar masyarakat tidak lagi dirundung kegalauan akan memilih capres dan cawapres beberapa di antaranya adalah memilih capres dan cawapres yang memiliki visi dan misi yang sama dengan yang memilih, memilih capres dan cawapres yang dapat dipercaya, capres dan cawapres yang dipilih harus memiliki jiwa leadership atau jiwa kepemimpinan, untuk pimpin yang terpilihpun harus mampu memberikan perubahan kearah yang lebih baik, cara memimpin yang dikatakan dan mengatakan apa yang sudah dilakukan, memilih capres dan cawapres yang tulus melayani rakyat, dan cara memimpin yang objektif.

Beberapa hal di atas harus dipertimbangkan untuk memilih capres dan cawapres karena, mungkin bisa sedikit membantu masyarakat yang baru memiliki hak untuk memilih sedikit kebingungan untuk memberikan hak pilihnya kepada siapa yang pantas mendapatkannya, terlebih lagi banyak berita yang sifatnya lisan dan tidak jelas asal-usulnya. Tetapi ganti kepemimpinan dengan Indonesia yang baru atau tetap melanjutkan kepemimpinan yang lama, ada di tangan kita semua sebagai warga negara Indonesia, maka dari itu jangan sampai ada yang tidak menggunakan hak pilihnya untuk Indonesia yang lebih baik.

*Penulis merupakan mahasiswi mata kuliah Ilmu Politik, semester 1 Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun