Mohon tunggu...
hisyam haikal
hisyam haikal Mohon Tunggu... Administrasi - Hanya ingin menulis

PNS adalah takdirku, menulis adalah jiwaku

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Debat Capres Dalam Mimpi Saya

16 Februari 2019   20:48 Diperbarui: 16 Februari 2019   20:58 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pak Jokowi dan Pak Prabowo berdiri berhadapan. Puluhan juta masyarakat menyaksikan lewat layar kaca. Mereka terpecah menjadi tiga. Ada yang mendukung Pak Jokowi, ada yang mendukung Pak Prabowo dan ada yang sekedar menonton saja. Hari-hari mereka belakangan ini selalu diisi dengan dukung mendukung, bela membela, jatuh menjatuhkan, hina menghina, caci mencaci dan tentu saja install uninstall.

Di atas panggung, beliau berdua bertatapan, tersenyum dan berpelukan. Erat sekali dan lama. Pelukan lama itu jelas tak mungkin diinterupsi oleh moderator. Para penonton terdiam. Bahu kedua tokoh itu berguncang-guncang. Nampaknya mereka menangis. Masyarakat terdiam dan menduga-duga, apa yang membuat mereka menangia.

Saat pelukan berakhir, mata beliau berdua nampak masih basah. Maka debatpun dimulai.

Pak Prabowo yang mendapat kesempatan pertama, memulai diskusi dengan uluk salam penuh sopan santun.

"Pak Jokowi, sahabat saya yang sangat saya hormati. Ijinkan saya membuka diskusi ini dengan permintaan maaf yang sebesar-besarnya dan setulus-tulusnya atas perilaku para pendukung saya. Kadang mereka berlebihan mendukung saya hingga tak sadar kalau mereka telah melukai hati Pak Jokowi, keluarga dan para pendukung Bapak. Jauh di lubuk hati saya sangat sedih, mengapa demikian mudahnya kita sesama anak bangsa saling menghina, menjelek-jelekkan bahkan memfitnah. Mohon maafkan saya dan para pendukung saya Pak".

Pak Jokowi dengan senyumnya yang khas membalas uluk salam Pak Prabowo, tak kalah santun.

"Pak Prabowo sahabat saya yang baik. Mohon maafkan juga para pendukung saya. Mereka juga sama dengan pendukung Bapak. Terkadang perilaku mereka pasti melukai perasaan Bapak, keluarga dan para pendukung bapak. Saya juga tak mengerti mengapa perilaku yang bukan budaya bangsa kita ini jadi demikian dahsyat melanda. Pak Prabowo, mari kita ingatka  pendukung kita masing-masing, bahwa kita tak suka didukung dengan cara seperti itu. Dukunglah dengan cara yang bijaksana, cara Indonesia, bukan dengan cara orang lain".

Hadirin tak bertepuk tangan seperti biasanya, tapi tertunduk dalam-dalam. Puluhan juta rakyat terdian di depan televisi, sebagian menangis sesenggukan.

Uluk salam selesai, perdebatan memasuki fase yang sesungguhnya. Moderator berusaha memancing perdebatan hangat bahkan panas antar kedua tokoh bangsa itu. Mungkin agar pemirsa tak berpaling dan iklan semakin deras.

"Pak Jokowi, saya sangat mengapresiasi prestasi dan kinerja Bapak dalam pembangunan infrastruktur di negara kita. Di masa pemerintahan Bapak, infrastruktur berkembang sangat pesat. Kemarin saya sempat coba tol Jakarta Surabaya. Subhanallah sangat luar biasa. Saya yakin dengan pembangunan infrastruktur yang bapak galakkan, roda perekonomian makin kencang bergulir, masyakarat senang. Kota-kota jadi mudah saling terhubung".

" Pak Prabowo yang baik. Infrastruktur yang pesat berkembang bukanlah karya saya seorang diri. Ini adalah hasil kerja keras kita semua. Pemerintah, DPR termasuk partai oposisi, rakyat, pengusaha, semua ikut berkobtribusi positif. Sungguh malu saya kalau para pendukung saya berteriak-teriak bahwa infrastruktur merupakan hasil kerja saya dan selain pendukung saya tak boleh menikmati. Itu sama sekali tidak benar. Terima kasih dan apresiasi buat Pak Prabowo dan teman-teman partai oposisi yang turut berkontribusi besar dalam pembangunan infrastruktur. Kita juga tak boleh lupa jasa para presiden terdahulu, karena pada hakekatnya apa yang kita lakukan tak lepas dari rangkaian pembangunan  yang telah dicanangkan para senior kita".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun