Pak Jokowi mengangguk, "Salam sayang buat Dik Sandi, anak muda yang luar biasa. Panutan para pemuda negeri ini".
Setelah itu mereka berpelukan, kali ini lebih lama lagi.
Para pengurus partai pendukung saling berpelukan, sebagian menangis sesenggukan. Moderator dan para panelis tak ketinggalan. Begitupun wartawan dan kru televisi.
Jutaan rakyat indonesia termangu di depan televisi. Menyaksikan para pemimpin mereka yang bijaksana.
Usai sudah permusuhan. Mertua dan menantu yang bertengkar gara-gara beda pilhan, tetangga yang tak saling menyapa gara-gara nol satu nol dua, saudara sedarah yang jadi musuh, atasan bawahan yang tak akur, semua berpelukan. Saling memaafkan dan berjanji, sesama anak bangsa tak boleh lagi saling menyakiti.
Akun-akun media sosial yang selama ini rajin mengompori pertengkaran mulai sepi ditinggal follower. Tak ada lagi kampret, tak juga kecebong. Kita semua bersaudara.
Para akademisi sigap meneliti. Jelas fenomena semacam ini tak ada dalam referensi demokrasi negara barat yang katanya kampiun demokrasi.
Dan akupun terbangun, dari mimpi indah itu. Tidur siang yang nikmat sekali.
Cibinong, 16 Februari 2019