Mohon tunggu...
hisyam haikal
hisyam haikal Mohon Tunggu... Administrasi - Hanya ingin menulis

PNS adalah takdirku, menulis adalah jiwaku

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Debat Capres Dalam Mimpi Saya

16 Februari 2019   20:48 Diperbarui: 16 Februari 2019   20:58 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pak Jokowi mengangguk, "Salam sayang buat Dik Sandi, anak muda yang luar biasa. Panutan para pemuda negeri ini".

Setelah itu mereka berpelukan, kali ini lebih lama lagi.

Para pengurus partai pendukung saling berpelukan, sebagian menangis sesenggukan. Moderator dan para panelis tak ketinggalan. Begitupun wartawan dan kru televisi.

Jutaan rakyat indonesia termangu di depan televisi. Menyaksikan para pemimpin mereka yang bijaksana.

Usai sudah permusuhan. Mertua dan menantu yang bertengkar gara-gara beda pilhan, tetangga yang tak saling menyapa gara-gara nol satu nol dua, saudara sedarah yang jadi musuh, atasan bawahan yang tak akur, semua berpelukan. Saling memaafkan dan berjanji, sesama anak bangsa tak boleh lagi saling menyakiti.

Akun-akun media sosial yang selama ini rajin mengompori pertengkaran mulai sepi ditinggal follower. Tak ada lagi kampret, tak juga kecebong. Kita semua bersaudara.

Para akademisi sigap meneliti. Jelas fenomena semacam ini tak ada dalam referensi demokrasi negara barat yang katanya kampiun demokrasi.

Dan akupun terbangun, dari mimpi indah itu. Tidur siang yang nikmat sekali.

Cibinong, 16 Februari 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun