Mohon tunggu...
Hiqma Nur Agustina
Hiqma Nur Agustina Mohon Tunggu... Dosen - Penulis, dosen, peneliti, penikmat sastra, dan traveler

Penulis adalah staf pengajar di English Department, Politeknik Negeri Malang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kiat-kiat Menghadapi dan Menyikapi Orang yang Gagal Move-on

15 Januari 2020   23:34 Diperbarui: 20 Januari 2020   02:38 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto koleksi pribadi)

Istilah move on selalu berkonotasi dengan sesuatu yang positif karena frasa bahasa Inggris ini identik dengan tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk berubah ke arah yang lebih baik. 

Namun bila ditambahkan dengan kata gagal maka kemudian memiliki pengertian yang negatif. Bila Anda mengatakan iya berarti kita memiliki pemikiran yang sejalan.

Banyak orang merasa gagal ketika dirinya tidak  diterima di pekerjaan impian, tidak berhasil mendapatkan nilai yang ditargetkan, ditinggal kekasih, diabaikan oleh sahabat bahkan sampai pada hal yang sederhana seperti ditinggalkan oleh rekan sekerja.

Saya katakan sederhana karena kepergian rekan kerja untuk mendapatkan tawaran pekerjaan yang lebih baik sejatinya berkaitan dengan takdir Yang Maha Kuasa yang HARUS siapa pun terima.

Sering orang lupa bahwa keputusan Tuhan juga bisa tidak sejalan dengan keinginan kita sebagai manusia. Sehingga ketika kemudian keputusan final Tuhan Yang Maha Esa tidak berjalan seiringan dengan keinginan dan harapan yang muncul adalah rasa frustasi, marah, kecewa dan benci. 

Sungguh sangat mengerikan bila kita berhadapan dengan tipe manusia seperti ini.

Mereka -- orang yang tidak mampu -- mengatakan, "Okay, I'm fine! Selamat atas kepindahan kamu di tempat kerja yang baru. Semoga makin sukses!" adalah masuk jenis orang yang gagal move on.

Ciri manusia golongan ini adalah kerap menyimpan rasa iri, muncul dendam dan yang terburuk adalah mendoakan teman untuk gagal di tempat kerja yang baru. Sangat menyedihkan apabila Anda masuk dalam kategori manusia seperti ini.

Menjadi pribadi yang bijak itu bukan langkah mudah seperti kita membalikkan telapak tangan kita. Ada proses belajar untuk bisa terus menempa kita menjadi pribadi yang menyengkan dan dirindukan oleh banyak orang. Apakah mudah?

Bisa iya, bisa tidak jawabannya. Salah satunya adalah dengan menepis ego yang kerap muncul. Ke-aku-an manusia yang kerap ingin diakui, diperbincangkan dan dipuji yang menjadikan kita mungkin lupa bahwa ada manusia-manusia lain yang mungkin saja tidak suka ketika kita berbicara tentang diri dan hidup kita.

Secara sederhana saya sampaikan untuk menyikapi orang-orang di lingkungan kita yang gagal move on dalam menyikapi sesuatu hal, kita harus tetap berpikir jernih. Katakan, "It's okay! Mereka mau menerima atau tidak, bisa mengakui atau tidak, setuju atau tidak, bagi saya life must go on!"

Tidak perlu selalu hirau dengan pendangan dan pendapat orang lain. Hidup kita yang menjalani, menikmati dan mensyukurinya, BUKAN orang lain.

Menghadapi sekumpulan orang yang kerap membenci, merendahkan, memandang remeh atau mungkin juga tidak mempercayai kita adalah dengan memastikan bahwa Anda adalah orang yang lebih baik dari mereka. Karena kita tidak menilai orang hanya dari tampilan luar sebagai misal.

Atau juga karena kita selalu berusaha untuk berkata tidak pada hal-hal negatif. Bangun pemikiran yang selalu mengedepankan nilai positif semisal dengan selalu optimis, yakin bahwa Anda bisa dan mampu, tidak menunda pekerjaan, tetapkan capaian yang ingin Anda selesaikan, serta hindari kelompok orang yang lebih banyak bicara dibandingkan bekerja. No Action Talk Only (NATO).

Dengan mampu berpikir positif dibandingkan mereka Anda sudah layak dikatakan sebagai seorang pemenang. A winner of a competition. Kompetisi untuk mengedepankan rasio, berpikir waras dan mengabaikan mereka yang memang tidak layak untuk berada di lingkaran positif Anda.

Sesuatu yang baik dan bernilai positif disadari atau tidak kerap menjadi penyebab munculnya berbagai macam konflik dan friksi dengan orang lain. Kenapa bisa? Sangat mungkin bisa karena memang pikiran, sikap dan sifat orang kan memang berbeda-beda.

Tapi kita kan bisa memilih apakah kita mau ikut arus atau tetap pada prinsip hidup kita. Stay positive will bring good impacts in our life! Jadi, jangan pernah terpengaruh untuk membenci orang lain yang gagal move on melihat kemajuan yang kita raih. Itu hanya akan membuang waktu dan energi kita.

Yang perlu diingat, kita tidak perlu berusaha menyenangkan banyak orang tapi berusaha untuk bersikap baik dengan menghargai, menghormati dan memberikan dukungan adalah hal yang sangat bermakna untuk dilakukan. Kapan pun dan dimana pun.

Sikapi setiap perubahan dan kemajuan positif orang lain dengan berkata, "Okay, saat ini dia yang berhasil, berikutnya adalah giliranku!" Maksimalkan doa dan ikhtiar karena yang menggaransi sebuah harapan dan cita-cita terkabul atau tidak adalah Tuhan Yang Maha Kuasa.

Selamat Memperbaiki Diri!

Hiqma Nur Agustina
Malang, 14 Januari 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun