Pernahkah kamu berbaring di tempat tidur selama berjam-jam, tapi mata tak kunjung terpejam?
Atau mungkin kamu tertidur, tapi sering terbangun di tengah malam tanpa sebab yang jelas?
Gangguan tidur atau yang dikenal secara medis sebagai insomnia kini bukan hanya persoalan kurang istirahat. Ia bisa menjadi cerminan dari stres, tekanan emosi, atau konflik batin yang belum terselesaikan.
Menurut data World Health Organization (WHO), sekitar 30% orang dewasa di dunia mengalami gangguan tidur kronis, dan angka ini meningkat sejak era digital dan pascapandemi.
Namun yang menarik, penelitian terbaru menunjukkan bahwa penyebab utama insomnia bukan hanya faktor fisik, melainkan aktivitas pikiran bawah sadar yang terlalu aktif. Di sinilah hipnoterapi berperan sebagai pendekatan ilmiah yang efektif dan alami untuk membantu tubuh kembali pada ritme tidurnya yang sehat.
1. Saat Pikiran Tak Pernah Tidur
Seseorang yang sulit tidur sering merasa lelah secara fisik, tetapi otaknya justru terus bekerja tanpa henti.
Kondisi ini disebut sebagai hyperarousal di mana sistem saraf berada dalam mode waspada terus-menerus.
Menurut Dr. Charles Morin, peneliti tidur dari Universit Laval Kanada, "insomnia bukan hanya gangguan tidur, melainkan gangguan regulasi emosi yang melibatkan sistem saraf pusat."
Artinya, insomnia sering kali bukan karena tubuh tak mau tidur, tetapi karena pikiran belum selesai berbicara.
2. Mengapa Obat Tidur Tak Selalu Menjadi Solusi
Banyak orang mencoba mengatasi sulit tidur dengan obat penenang. Meski bisa membantu dalam jangka pendek, obat tidur sering hanya "menidurkan fisik", bukan "menenangkan pikiran".
Setelah efeknya hilang, kecemasan atau pikiran berlebih biasanya kembali datang.