Mohon tunggu...
Matrimony Lesmana
Matrimony Lesmana Mohon Tunggu... Ilmuwan - Tukang Sosiologi Budaya

dengan ikhlas dan senang hati menyerukan bahwa perbedaan sosial budaya sama sekali bukan alasan pemisahan masyarakat;

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bullying; (1) Benarkah Hanya Karena Iri Hati?

9 Desember 2019   09:00 Diperbarui: 9 Desember 2019   15:02 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: https://nasional.kompas.com/)

Dalam bidang ilmu psikologi tenyata bullying juga dimaknai demikian, seperti dijabarkan oleh Prof. Dr. Mechthild Schaefer, dosen psikologi dan pakar bullying di sekolah dari Ludwig-Maximilians Universitaet Muenchen.

"Di sini ternyata bukan pelaku dan korban punya peranan dalam peraihan status dan kekuasaan, yang lebih menentukan adalah siswa-siswa lain di dalam lingkungan itu, karena merekalah yang memberi pengakuan atas status dan kekuasaan tersebut"

Dalam wawancaranya dengan majalah bulanan reportpsychologie versi online ia menguraikan, bahwa pelaku bertujuan meraih status dan kekuasaan dengan memilih satu orang dari lingkungan mereka untuk direndahkan (moralnya) dan diperlakukan sebagai korban. Di sini ternyata bukan pelaku dan korban punya peranan dalam peraihan status dan kekuasaan, yang lebih menentukan adalah siswa-siswa lain di dalam lingkungan itu, karena merekalah yang memberi pengakuan atas status dan kekuasaan tersebut (lihat: www.report-psychologie.de).

Uraian ini menjelaskan lebih jauh pengelompokan yang disebut sebelumnya. Selain itu pengelompokan dengan peng-code-an ini juga dimaksudkan untuk mengenali akar masalah agar menjadi panduan pemecahan masalah.

Maka, dasar pembagian ke dalam kelompok 'yang menjalankan aksi' dan 'yang tidak menjalankan aksi' adalah menegaskan, bahwa status 'disegani' tersebut mendapat pengakuan dari keberadaan siswa-siswa yang tidak menjalankan aksi -- oleh mereka yang pasif.

Inilah hal yang sangat penting untuk terus mendapat perhatian. Bahwa bukan kadar penderitaan korban yang mendukung keberhasilan bullying, tapi mendiamkan bullying untuk terus berlangsung. Selain korban yang pasif tidak mempertahankan diri, para siswa lain cukup menonton dan tidak melakukan apa-apa terhadap pembully agar dapat meraih pengakuan status 'disegani'.

Di lingkungan sekolah, terutama, aksi ini harus cepat ditangani. Selain karena sangat destruktif, untuk aksi ini terlalu banyak yang dirugikan. Bayangkan, sekelompok siswa sampai rela mengorbankan kejiwaan siswa lain sekaligus masa depannya, demi status 'disegani'. Sebuah status yang hanya dinikmati penuh di tahun ajaran terakhir sebelum akhirnya lulus dan pindah sekolah.

Lalu siapa yang paling diincar oleh pembully? Agar tidak terlalu panjang tulisan kali ini, pembahasannya akan diuraikan di tulisan berikutnya dengan topik yang sama - bullying.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun