Mohon tunggu...
Hilmi Inaya
Hilmi Inaya Mohon Tunggu... Penulis - connect with me: hilmiinaya4@gmail.com

Write what do you want, what do you think, what do you feel, and enjoy it

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ceramah Agama dan Pelanggengan Budaya Patriarki

4 Maret 2021   14:38 Diperbarui: 4 Maret 2021   14:46 1955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat yang telah tertanam bahwa perempuan harus di rumah dan tidak bekerja akan meneruskan perspektifnya kepada anak-anaknya dan terus seperti itu, pun terjadi kepada laki-laki yang akhirnya melakukan pengekangan terhadap kebebasan perempuan karena isi materi dakwah tadi. Maka, lingkaran setan harus segera dipotong dengan memberikan pemahaman yang tidak bernada seksis, patriarkis, dan misoginis.

Jika dakwah adalah hal yang diturunkan dari Rasulullah Muhammad, seharusnya sebagai penerus juga melakukan dakwah tanpa ada nada seksis, patriarkis, dan misoginis. Karena, Rasulullah pun adalah orang pertama yang menghapus perbudakan, diskriminasi, dan budaya patriarki di Makkah saat itu. Bisa dikatakan bahwa Rasulullah merupakan feminis pertama di agama Islam.

Pemahaman dan penginterpretasian terhadap materi al-Qur'an dan Hadis dalam dakwah perlu dilakukan dengan bijaksana. Agar masyarakat tidak salah paham terhadap apa yang Tuhan perintahkan kepada hambaNya di dunia ini. Terkadang akar masalahnya yaitu mengambil hadis dari kitab-kitab yang tidak dilengkapi dengan sanad dan matan dari mukhorrij al-hadith yang memberikan informasi secara lengkap mengenai kedhabitan perowi atau tanpa menyelidiki konteks hadis tersebut. Sehingga, menjadikan hadis tersebut populer di kalangan masyarakat umum. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan apabila hadis tersebut dijadikan sebagai hujjah dan pedoman dalam keberagaman hidup bermasyarakat.

Pernyataan tersebut tidak lepas dari pemaknaan keliru terhadap suatu teks agama, salah satunya adalah hadis. terdapat beberapa hadis yang disebut dengan hadis misoginis. Hadis misoginis yakni hadis yang mengandung unsur kebencian dan penyudutan terhadap perempuan. Hal ini diketahui dengan menganalisis sanad dan matan hadis. Mengurai kembali siapa yang meriwayatkan hadis-hadis tersebut, latar belakang dikeluarkan hadis dengan mengacu konstruksi sosial pada masa itu, karena bisa saja periwayat terpengaruh pada konstruksi sosial budaya patriarki.

Seperti contoh hadis bias gender Abu Bakrah RA yang mengatakan,

"Orang-orang yang menyerakan urusan mereka kepada perempuan, maka tidak akan mengalami kemakmuran." (Bukhori 1983)

Maka hadis tersebut juga harus dilihat dari segi historisnya. Fatima Mernissi seorang pembaharu Islam mengatakan, hadis tersebut diucapkan Rasulullah karena mendengar berita bahwa yang akan menggantikan Kaisar Persia adalah putrinya yang saat itu memiliki sifat tercela, sehingga wajar jika Rasulullah berucap sedemikian itu (Sauda 2014). Aisyah istri Rasulullah pun mendengar ketika Nabi Muhammad berkata seperti itu, akan tetapi tidak meriwayatkannya.

Dari segi sanad, Abu Bakrah termasuk seseorang yang misoginis (Sauda 2014). Dari segi matan, hadis ini dapat dibantah dengan adanya pemimpin perempuan tentang kisah Ratu Saba' dalam Al-Quran.

Dalam konteks Indonesia, hal ini tercermin pada zaman Ken Dedes, sejarah sekitar tahun 1220-an yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer menyebutkan bahwa perempuan berperan penting dalam kehidupan politik dan menjadi dalang atas pengambilan sebuah kebijakan (C. S. Handayani 2004). Dengan gairah keperempuanannya, Ken Dedes mampu menggeser kedudukan Tunggul Ametung. 

Tidak hanya itu, dampak penggunaan dalil yang kurang valid dapat memunculkan ilmu baru yang dianggap sudah mutlak adanya, merasa bahwa kebenaran yang didapat sudah final. Contoh hadis misoginis lain:

"Jika seorang suami mengajak istrinya ke atas ranjangnya, tetapi ia tidak mematuhinya, maka para Malaikat akan melaknatnya sampai pagi." ((Fat-hul Baari IX/294)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun