Mohon tunggu...
Hilmi Inaya
Hilmi Inaya Mohon Tunggu... Penulis - connect with me: hilmiinaya4@gmail.com

Write what do you want, what do you think, what do you feel, and enjoy it

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah Etos Kapitalistik Kaum Quraisy Mekah hingga Diturunkannya Wahyu Ilahi

30 September 2020   10:24 Diperbarui: 30 September 2020   10:34 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: ganaislamika.com/

Di dalam Al-Quran, kita bisa menemukan komentar orang-orang sezaman tentang awal kedatangan Islam yang unik dalam sejarah agama. Di dalam kitab suci ini, Tuhan tampaknya menjelaskan tentang perkembangan situasi: dia menjawab para pengkritik Nabi Muhammad, menguraikan makna suatu peperangan atau konflik yang terjadi di dalam masyarakat Islam generasi pertama, dan menunjukkan dimensi ilahiah kehidupan manusia.

Al-Quran tidak turun kepada Nabi Muhammad dalam susunan seperti yang kita jumpai pada masa sekarang, tetapi dalam susunan yang lebih acak, sesuai peristiwa-peristiwa yang datang dan penyimakannya atas makna yang lebih dalam. Setiap kali bagian baru diwahyukan, Nabi Muhammad, yang tidak bisa membaca atau menulis, akan mengucapkannya keras-keras. Kaum Muslim pun menghafalnya sedangkan beberapa sahabat yang bisa baca-tulis menyalinnya.

Sekitar dua puluh tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad, kompilasi resmi pertama atas wahyu ini diselesaikan. Para editor meletakkan surah-surah terpanjang pada bagian awal dan yang tersingkat di bagian akhir. Susunan seperti ini tidaklah seacak kelihatannya, karena Al-Quran bukanlah sebuah narasi atau argumen yang membutuhkan tatanan berurutan. 

Susunan itu merefleksikan berbagai tema: kehadiran Tuhan di dunia, kehidupan para nabi, atau Hari Akhir. Bagi orang yang tidak bisa mengapresiasi keindahan bahasa Arab yang luar biasa, Al-Quran tampak membosankan dan bertele-tele karena sering mengulang-ulang tema yang sama. Namun, Al-Quran tidak dimaksudkan untuk menjadi bahan kajian secara pribadi, melainkan untuk pembacaan liturgis. Ketika kaum Muslim mendengar sebuah surah dibacakan di dalam masjid, mereka diingatkan kembali kepada semua ajaran inti keimanan mereka.

Allah telah mengutus Nabi Muhammad untuk memperingatkan kaum Quraisy tentang situasi berbahaya yang tengah mereka hadapi. Akan tetapi, pesan awal yang disampaikannya bukanlah tentang musibah dan bencana, melainkan tentang harapan yang membahagiakan. Nabi Muhammad tidak harus membuktikan eksistensi Tuhan kepada kaum Quraisy. 

Mereka secara implisit telah beriman kepada Allah, yang menciptakan langit dan bumi, dan kebanyakan dari mereka meyakininya sebagai Tuhan yang disembah oleh orang Yahudi maupun Kristen. Keberadaannya telah diterima begitu saja. Sebagaimana firman Allah kepada Nabi Muhammad pada sebuah surah awal di dalam Al-Quran:

"Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka-. "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah, "maka betapa mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar). Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah, "tetapi kebanyakan mereka tidak memahami-(nya)."

Persoalannya adalah, kaum Quraisy tidak memikirkan implikasi kepercayaan mereka itu. Tuhan telah menciptakan mereka dari setetes air mani, seperti dijelaskan oleh wahyu yang pertama diturunkan; mereka bergantung kepada rezeki dan perlindungan dari Tuhan, namun mereka masih menganggap diri sebagai pusat jagat raya berdasarkan praduga yang tidak realistis (yatqa) dan rasa sombong berlebihan (istaghna) tanpa memedulikan tanggung jawab mereka sebagai anggota masyarakat Arab yang terhormat. 

Oleh karena itu, semua ayat pertama Al-Quran menganjurkan kaum Quraisy agar menyadari rahmat Tuhan yang dapat mereka lihat ke mana pun mata mereka memandang. Mereka akan sadar betapa banyak mereka masih berutang kepada Tuhan di tengah kesuksesan besar yang telah mereka capai, dan akan mengapresiasi kebergantungan mutlak mereka kepada Pencipta tatanan alam:

"Binasalah manusia; alangkah amat sangat kekafirannya! Dari apakah Allah menciptakannya? Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya. Kemudian Dia memudahkan jalannya, kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur, kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali. Sekali-kali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya. 

Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami telah benar-benar mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, zaitun danpohon kurma, kebun-kebun yang lebat, dan buah-buahan serta rumputrumputan, untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun