Mohon tunggu...
Hilmi Zainul Mutaqin
Hilmi Zainul Mutaqin Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

mahasigma uwin

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Teknologi dan Bahasa Inggris: Teman Baru di Era Digital

11 Juni 2025   01:18 Diperbarui: 10 Juni 2025   21:25 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai mahasiswa yang tumbuh bersama teknologi, saya merasa sangat beruntung hidup di era di mana belajar tidak lagi terpaku pada ruang kelas atau buku tebal yang membosankan. Salah satu bidang yang sangat terasa manfaatnya adalah pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Inggris. Dulu, saya selalu menganggap bahasa Inggris sebagai mata pelajaran yang sulit, penuh rumus grammar, dan terlalu kaku. Namun sejak mengenal berbagai alat berbasis teknologi, perspektif saya berubah. Belajar bahasa Inggris kini terasa lebih menyenangkan, personal, dan fleksibel.

Artikel dari Persfe.com membahas peran teknologi dalam mempermudah proses belajar bahasa Inggris. Saya sangat setuju dengan poin-poin yang disampaikan. Aplikasi seperti Duolingo, Grammarly, atau bahkan YouTube dan TikTok telah menjadi sarana belajar yang sangat efektif bagi banyak pelajar. Tidak hanya karena mereka gratis dan mudah diakses, tapi juga karena pendekatannya jauh dari kesan formal. Kita bisa belajar grammar sambil bermain game, mendengarkan pelafalan native speaker dari video reaksi, atau membaca komentar dalam bahasa Inggris dan langsung memahami konteksnya.

Salah satu manfaat terbesar dari teknologi menurut saya adalah kemampuan untuk belajar mandiri. Dulu, kalau ingin fasih bahasa Inggris, kita harus ikut les mahal atau pergi ke tempat kursus. Sekarang, kita bisa belajar dari rumah hanya bermodal internet. Bahkan, saya pribadi lebih sering mendapatkan kosa kata baru dari media sosial atau forum online dibandingkan buku pelajaran. Ketika kita terbiasa melihat atau mendengar bahasa Inggris setiap hari dalam konteks yang nyata, kemampuan kita berkembang secara alami tanpa terasa seperti belajar.

Teknologi juga memungkinkan pembelajaran yang lebih personal. Misalnya, dengan AI atau aplikasi pembelajaran adaptif, kita bisa mendapatkan rekomendasi materi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan kita. Ini jauh lebih efektif daripada sistem satu kelas untuk semua. Saya pernah menggunakan aplikasi yang menyesuaikan soal dengan kelemahan saya, sehingga saya bisa memperbaiki kekurangan tanpa harus mengulang hal yang sudah saya kuasai. Ini membuat proses belajar jadi lebih efisien dan tidak membosankan.

Namun, meskipun teknologi memberikan banyak kemudahan, kita juga perlu menyadari bahwa ia bukan solusi ajaib. Saya melihat banyak teman yang terlalu bergantung pada fitur terjemahan atau autocorrect dan akhirnya tidak benar-benar mengerti struktur kalimat atau arti kata. Misalnya, ketika mereka menulis esai dalam bahasa Inggris, mereka tinggal ketik di bahasa Indonesia lalu terjemahkan menggunakan alat AI. Hasilnya memang terlihat bagus di permukaan, tapi kemampuan berpikir dan menulis dalam bahasa Inggris tidak berkembang. Teknologi seharusnya menjadi alat bantu, bukan pengganti usaha belajar.

Kendala lain yang saya temui adalah terlalu banyaknya pilihan. Ada begitu banyak aplikasi dan sumber belajar di luar sana sehingga kadang malah membuat bingung. Mana yang paling efektif? Mana yang cocok untuk pemula? Mana yang benar-benar meningkatkan kemampuan? Tanpa panduan yang jelas, pelajar bisa terjebak mencoba terlalu banyak alat tapi tidak mendalami satu pun. Saya sendiri butuh waktu cukup lama untuk menemukan metode yang cocok. Saya mencoba berbagai aplikasi, mengikuti banyak kanal YouTube, sampai akhirnya menyadari bahwa yang terpenting bukan alatnya, tapi konsistensinya.

Saya juga merasa bahwa keberhasilan belajar bahasa Inggris menggunakan teknologi sangat dipengaruhi oleh motivasi internal. Tidak peduli seberapa canggih aplikasinya, kalau kita tidak punya kemauan untuk belajar, hasilnya tidak akan maksimal. Teknologi bisa mempermudah, tapi kita tetap perlu waktu, niat, dan latihan. Terutama untuk kemampuan berbicara atau speaking. Banyak pelajar merasa cukup dengan menonton film berbahasa Inggris atau membaca artikel, tapi tidak berani berbicara. Padahal, speaking adalah aspek yang paling butuh latihan aktif.

Salah satu hal yang menurut saya paling menarik adalah bagaimana teknologi juga mengubah persepsi terhadap aksen dan variasi bahasa. Lewat internet, kita bisa mendengar banyak jenis aksen dari berbagai negara, mulai dari British, American, Australian, hingga Indian English. Ini membuat kita lebih terbuka terhadap keragaman bahasa, dan tidak lagi terjebak pada standar "native" sebagai satu-satunya patokan. Kita juga belajar bahwa tidak apa-apa berbicara dengan aksen sendiri, selama pesannya tersampaikan dengan jelas. Inilah bentuk pembelajaran yang jauh lebih inklusif dan manusiawi.

Teknologi telah membuka jalan baru dalam pembelajaran bahasa Inggris. Tapi tetap, ia bukan jawaban tunggal. Kita tetap perlu memiliki semangat belajar yang kuat, disiplin diri, dan keberanian untuk mencoba. Dengan kombinasi antara teknologi dan usaha personal, saya percaya kita bisa lebih cepat dan efektif dalam menguasai bahasa Inggris. Kita hanya perlu bijak dalam memilih alat, konsisten dalam belajar, dan terbuka terhadap proses. Karena pada akhirnya, belajar bahasa bukan soal instan, tapi soal perjalanan panjang menuju pemahaman dan komunikasi yang lebih baik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun