Mohon tunggu...
Hilman Idrus
Hilman Idrus Mohon Tunggu... Administrasi - Fotografer

√ Penikmat Kopi √ Suka Travelling √ 📷

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Tahun Politik, Hoaks, dan Pentingnya Literasi Digital bagi Generasi Z

18 Oktober 2022   08:41 Diperbarui: 21 Oktober 2022   14:30 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilu 2024 mendatang bakal seru bila dibandingkan dengan pemilu 2019 lalu, lantaran penambahan sejumlah partai baru menjadikan pertarungan perebutan suara pemilih makin ketat. 

Terlebih pada tahun 2024, Pilpres dan Pileg digelar serentak pada 14 Februari 2024, sementara pilkada serentak berlangsung pada 24 november, kondisi ini membuat dinamika politik digital semakin menarik.

Indikasinya sudah terlihat, intensifnya penggunaan media sosial sebagai instrumen politik untuk menarik simpati pemilih pemula menjadi perhatian semua partai politik. 

Hal ini ditempuh karena selain iklan politik di media masa dan Televisi sangat efektif, media sosial pun menjadi parameter tentang keberhasilan partai politik menangguk suara pemilih pemula pada pemilu 2019 lalu.

Untuk itu, pada pemilu mendatang partai politik bakal berlomba membangun basis pemilih melalui media digital, dan sasarannya adalah generasi z, karena generasi ini dinilai masih abstrak soal menaruh simpati pada partai politik, maupun kandidat calon presiden. 

Upaya yang dilakukan partai politik untuk menarik simpati gen-z dengan kampanye politik di media sosial, terlebih sejauh ini belum adanya regulasi kampanye di medsos, membuat partai politik bebas berkompetisi meraih simpati publik.


Persaingan partai politik pada segmen media digital, pasti tidak terlepas dari sentimen negatif yang dilancarkan oleh berbagai pihak demi saling menjatuhkan. 

Pada pemilu 2014 dan 2019 memunculkan pesimisme dan traumatisme dari sejumlah kalangan terhadap partai tertentu bakal diekspresikan pada pemilu 2024 melalui media digital, seperti memanfaatkan buzzer untuk melancarkan black campaign.

Dengan sebaran misinformasi dan disinformasi politik, dengan menyasar pemilih pemula (gen-z), sehingga menimbulkan kegaduhan politik di media digital, dan tentunya mempengaruhi psikologi.

Kondisi seperti ini dapat dipastikan menyeret gen-z terlibat dalam sebaran hoaks serta menghadirkan sentimen negatif terhadap partai maupun kandidat tertentu, untuk itu mengantisipasti gen-z agar tidak terjebak pada hoaks dan black campaign di media digital, dibutuhkan penguatan literasi digital yang baik, demi terhindar dari persoalan semacam ini. 

Langkah yang dilakukan adalah edukasi soal mengakses, mengolah, serta menyebarkan informasi dan gagasan di media sosial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun