Mohon tunggu...
Hilman Idrus
Hilman Idrus Mohon Tunggu... Administrasi - Fotografer

√ Penikmat Kopi √ Suka Travelling √ 📷

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Fatimah

11 Maret 2021   22:00 Diperbarui: 11 Maret 2021   22:08 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar by. Doktersehat.com

Fatimah menatap gusar pada Farhan pemuda berbahu lebar itu sedari tadi terus mengganggunya, memang Fatimah tidak menyukai tipe lelaki yang berpenampilan tidak rapih, walaupun Farhan dikenal sebagai seorang aktivis, namun untuk soal percintaan Fatimah sangat selektif. "Bapak tidak ingin engkau berpacaran dengan anak-anak mahasiswa," kata bapaknya sejak mengantar Fatimah mendaftar sebagai  calon mahasiswa baru. 

Sebenarnya perkataan bapaknya bukan tanpa alasannya, Dandi sang kakaknya sejak kuliah juga aktif pada organisasi, namun sering terlibat pada kegiatan dan berbagai aksi demonstrasi mahasiswa, membuatnya tidak terlalu mementingkan studi, hingga akhirnya pun di drop out dari kampus. 

Dan, sejak surat yang pemberhentian Dandi dikantongi bapaknya, mulai saat itu juga, harapan kedua orang tuanya beralih pada Fatimah. Walaupun, sang ibunya pernah membujuk agar si Dandi pindah pada perguruan tinggi lain, namun rasa trauma dan kecewa bercampur erat menjadi benci, sehingga bapaknya tak sudi mengeluarkan biaya perkuliahan lagi untuk Dandi. 

"Biarlah, dia menjalani kehidupan sesuai dengan apa yang dia inginkan,"

"Sedari awal, kan Bapak udah ngomong, walaupun aktif pada organisasi tapi harus fokus mengikuti perkuliahan," 

"Kalau sudah terjadi seperti ini lantas harus bagaimana?" Kata Pak Haikal kepada istrinya, seraya meminta kepada istrinya membuat segelas kopi. "Ta...ta...pi," dengan gugup Bu Jamila mencoba memotong percakapan suaminya, "Pokoknya tidak! Titik!." 

Pak Haikal sangat paham, apa yang akan disampaikan istrinya itu, lantaran sejak Dandi dikeluarkan dari kampus, dia terus berupa agar suaminya mencari perguruan tinggi lain agar Dandi bisa berkuliah kembali. Namun, upaya tersebut selalu kandas, lantaran Pak Haikal memang dikenal sangat tegas, sehingga jabatan Rukun Tetangga (RT) pun diembannya sudah hampir 15 tahun tanpa ada yang berani menggantikannya, lantaran warga sangat menyukai sikap ketegasannya. 

Ingatan Fatimah pada percakapan ayah dan ibunya tiba-tiba lenyap, setelah temannya menghampiri dan memeluknya. "Ayo! Kita ke kantin, nanti disusul Mira, Rina dan Baya," ujar Ratih, sambil memegang tangan Fatimah.

"Maaf, Ratih, ngomong-ngomong si Farhan pernah sampaikan sesuatu kepada kamu gak?" 

"Tentang!" jawab Ratih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun