Mohon tunggu...
Hilman Idrus
Hilman Idrus Mohon Tunggu... Administrasi - Fotografer

√ Penikmat Kopi √ Suka Travelling √ 📷

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kasih Ibu Sepanjang Masa

6 Januari 2021   07:40 Diperbarui: 6 Januari 2021   07:53 1081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto by. Islampos.com

Tulus, kalimat ini menggambarkan perasaan kasih sayang seorang ibu terhadap anak. Hal tersebut terlihat jelas sejak pada periodesasi kehamilan, usia balita, maupun di kala anak beranjak dewasa, hingga  resmi berumah tangga. 

Kasih sayang ibu tetap menderas dan tidak mengenal batas waktu. Karena, ketulusan cinta dalam merawat dan mendidik anak. Sehingga, peran ibu pun sangat diapresiasi seperti ditegaskan dalam sebuah hadis,  "Al-Jannatu tahta aqdamil ummahaat" (Surga itu berada di bawah telapak kaki ibu). Ungkapan ini pun sangat populer di saat perayaan hari ibu pada setiap tahun, tepatnya 22 Desember. Di semua platform media sosial, terlihat kutipan hadis tersebut mewarnai ucapan terima kasih kepada seorang ibu.

Tentu, ekspresi muhibah anak-anak kepada  ibu, pada perayaan Hari Ibu, tidak serta merta mengabaikan peran seorang Ayah. Walaupun begitu, Ibu tetap mendapat perhatian penuh, lantaran sifat kasih sayangnya jauh lebih besar dari ayah. Karena, ibu dipandang sebagai sosok  penting di balik tumbuh kembang anak-anak dalam rumah tangga. Sehingga, pada lirik kasidah, grup Nasida Ria  disebutkan, derajat ibu tiga tingkat dibanding ayah.

Sama halnya, karena ketulusan cinta ibu terhadap anak, musisi kondang Indonesia Iwan Fals dalam syair lagunya tentang Ibu mengungkapkan perihal kasih sayang seorang ibu, ....Kasih yang engkau berikan, tak mampu ku membalasnya, ibu...ibu. Baik, potongan syair kasidah di atas, maupun dari  Iwan Fals, jika kita merenunginya, pasti berderai air mata, lantaran pengorbanan Ibu kepada kita jauh lebih besar dan tidak bisa ditakar menggunakan teknologi apapun untuk mengukur kadar kecintaan ibu terhadap kita.

Karena ketulusan cinta seorang ibu kepada anak-anak. Sehingga, kita dituntut senantiasa menghormati ibu kita, menjaga, dan merawat mereka dikala berada pada usia senja. 

Namun, terkadang dalam kehidupan, sering kita temui fakta-fakta memilukan, seperti kasus penganiayaan anak terhadap ibu mereka; seorang anak yang lebih mementingkan istrinya dan mengabaikan seorang ibu. Begitupun tak jarang kita membaca berita atau menyaksikan tayangan pada televisi, seorang anak tega memperkarakan ibunya di pengadilan, hanya karena dipicu persoalan sepele terkait harta.

Kasus semacam ini, tentu menyentak kita semua, mengapa setega itu seorang anak memperlakukan ibunya. Padahal, jika kita merenungi perjuangan ibu, seperti flashback ke masa kecil, seorang ibu membesarkan dan mendidik kita, dalam keadaan sedih, maupun bahagia, kasih sayang ibu sangat tulus, apapun yang kita inginkan pasti dipenuhi seorang ibu. 

Walau sesulit apapun, untuk menghadirkan keinginan kita tersebut, ibu tak pernah mengeluh atau mengekspresikan kekesalannya kepada kita. Justru itu, kita dituntut selalu menghadirkan senyum kebahagiaan di wajah ibu, dan hindari perbuatan yang dapat melukai hatinya.

Karena keikhlasan kasih sayang ibu kepada kita. Sehingga, perjuangan ibu merawat dan mendidik kita hingga menjadi anak yang sukses, ibu tak pernah mengharapkan imbalan atas jasanya, dia hanya merasa bangga atas capaian perjuangannya tersebut. 

Terlebih melihat kita hidup bahagia. Pasti di wajahnya memancarkan keceriaan, karena baginya, kebahagiaan seorang anak jauh lebih penting atas segalanya. Sehingga, tak jarang kita sering mendengar ungkapan "seorang ibu mengorbankan kebahagiaan dirinya, demi menghadirkan kebahagiaan anaknya." Itulah arti kasih sayang yang tulus seorang ibu kepada anak.

Ibu, sering dipersepsikan sebagai sekolah pertama bagi anak-anak di rumah. Justru itu, karakter yang ditampilkan seorang anak di sekolah, maupun di tengah masyarakat merupakan cerminan dari karakter orang tua, terlebih seorang ibu. Sehingga, tak jarang ekspresi seorang bapak ketika mendapati anak-anak yang membuat kesalahan, nada kekecewaan yang dilontarkan adalah menyalahkan seorang ibu. Karena, merasa ibu-lah yang paling bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan anak-anak.

Padahal, sebetulnya pendidikan di dalam rumah tangga, tidak serta merta hanya dibebankan kepada seorang ibu, tapi pada prinsipnya merupakan tanggung jawab bersama. Walaupun begitu, seorang ibu tak pernah merasa terbebani atas ekspresi kekecewaan yang disampaikan kepadanya, ibu tetap sabar dan tabah menghadapinya, dan terus berupaya  untuk mendidik anak-anaknya, sehingga kelak anak-anak besar dan sukses, sehingga sosok ibu selalu lekat di hati anak-anak.

Terkait pendidikan dalam rumah tangga, peran ibu sangat penting. Justru itu, seorang ibu diminta mencurahkan perhatian penuh terhadap anak-anak, seperti disebutkan di atas, karakter yang ditonjolkan seorang anak merupakan cerminan dari karakter orang tua, terlebih ibunya. 

Justru itu, ibu yang memahami akan hal ini -- mengatur waktu sebaik mungkin, untuk selalu berada di samping buah hatinya. Karena, anak yang tumbuh dewasa dalam pengawasan serta didikan seorang Baby Sitter, karakternya jauh berbeda dengan anak yang dididik langsung oleh orang tua, terlebih ibunya, lantaran ketulusan kasih sayangnya, dapat membentuk kepribadian anaknya.

Karena begitu pentingnya peran ibu, sehingga di dalam Islam Allah swt menegaskan kepada kita agar senantiasa mencurahkan kasih sayang kepada orang tua, terlebih seorang ibu. Mengapa, ibu lebih penting? Karena perjuangan ibu dipandang jauh lebih "berat" dibandingkan ayah, seperti saat mengandung kita selama sembilan bulan, dan pertaruhkan nyawanya demi menghadirkan kita di dunia ini, kemudian dilanjutkan dengan merawat dan mendidik kita. 

Oleh karena itu, firman Allah dalam surat Lukman ayat 14 yang artinya, "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

Selain ayat tersebut di atas, Rasulullah SAW menganjurkan kita berperilaku baik terhadap ibu untuk merefleksikan kecintaan kita terhadap ibu, karena ibu-lah dipandang sebagai figur penting dalam mendidik dan membesarkan kita. Anjuran tersebut disebutkan pada hadis  berikut, yang artinya:

"Sesungguhnya Allah berwasiat 3 kali kepada kalian untuk berbuat baik kepada ibu kalian, Sesungguhnya Allah berwasiat 3 kali kepada kalian untuk berbuat baik kepada ayah kalian, Sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada kerabat yang paling dekat, kemudian yang dekat." (HR. Ibnu Majah).

Mengapa pada hadis ini Rasulullah menyebut nama ibu sebanyak tiga kali, kemudian baru ayah. Hal ini dapat dimaknai bahwa dalam rumah tangga, peran ibu dalam mencurahkan kasih sayang jauh lebih besar terhadap anak-anak, bila dibandingkan ayah. Sehingga, kedudukan ibu dalam perspektif agama Islam paling istimewa dan mendapat perhatian lebih besar. 

Sementara, pada hadis riwayat Bukhari dan Muslim, dijelaskan bahwa salah sesorang datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali? Rasulullah menjawab Ibumu!. Kemudian orang tersebut kembali bertanya, Kemudian siapa lagi? Rasulullah menjawab ibumu! Orang tersebut bertanya kembali, kemudian siapa lagi? Beliau menjawab, ibumu! Orang tersebut bertanya kembali, kemudian siapa lagi, Rasulullah menjawab, kemudian ayamu!.

Derajat ibu dipandang sangat istimewa, baik dijelaskan melalui firman Allah swt maupun hadis Nabi. Sehingga, perilaku buruk kita terhadap ibu dianggap menyalahi perintah Allah maupun Rasul. Justru itu, kita diminta tetap menjunjung tinggi harkat dan martabat seorang ibu, sebagai representasi kecintaan kita kepadanya. Karena, kasih sayang ibu kepada kita pun tidak mengenal batas waktu.

Ternate, 5 Januari 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun