Mohon tunggu...
Hilman Fajrian
Hilman Fajrian Mohon Tunggu... Profesional -

Founder Arkademi.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Harapan Terbit di SCM Summit, Harga Minyak Membayangi

15 April 2015   17:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:04 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_410228" align="aligncenter" width="700" caption="Pintu gerbang event Indonesia SCM Summit 2015 di Jakarta Covention Center (dokpri)"][/caption]

Harapan baru terbit di Indonesia Supply Chain Management (SCM) Summit. Pada acara yang diselenggarakan oleh SKK Migas, Petronas dan British Petroleum di Jakarta Convention Center (JCC) 14-16 April 2015 tersebut, para pelaku industri SCM hulu migas merasa optimistis dengan iklim industri hulu migas Indonesia ke depan. Mereka percaya pemerintahan Joko Widodo dapat membuat perbedaan dengan menghadirkan regulasi serta iklim usaha yang sehat. Namun jatuhnya harga minyak dunia masih menghantui.

Kemas Abdulrahman, Direktur Business Development PT Sumindo Pratama, mengatakan bisnis SCM hulu migas yang sudah ia geluti selama sepuluh tahun tidak pernah sebaik beberapa tahun terakhir. Sumindo yang memasok peralatan pengeboran ke perusahaan migas seperti PT Pertamina, mengaku proyeknya sedang banyak.

"Kami salah satu pemasok peralatan drilling di Pertamina. Bisnis sedang bagus akhir-akhir ini. Meski pelaku usahanya juga makin banyak, tapi makin lama makin sehat," ujar Kemas di sela waktu rehat hari kedua pelaksanaan SCM Summit, Rabu (15/4).

Industri hulu migas Indonesia, ujar Kemas, makin lama makin seksi. Ini ditandai dengan hadirnya banyak Kontraktor Kontra Kerja Sama (KKKS) baru di Indonesia baik di eksplorasi maupun produksi. Otomatis, KKKS akan membutuhkan industri penunjang lokal seperti dirinya.

Soal iklim usaha, Kemas mengatakan industri SCM hulu migas Indonesia makin terbuka, transparan dan adil. "Sekarang sangat kompetitif, tapi sehat," cetusnya.


Namun turunnya harga minyak setahun belakangan membuat usahanya ikut terdampak. Perusahaan KKKS yang menjadi mitranya harus menunda beberapa proyek karena turunnya harga emas hitam. Padahal, ia berharap banyak dari proyek tersebut. Kemas meyakini kecemasan ini akan semakin memburuk bila harga minyak terus turun.

"Kita sangat mengapresiasi pemerintah yang sudah menciptakan iklim usaha hulu migas membaik dari waktu ke waktu. Tapi kini kami harap ada langkah yang lebih nyata soal terdampaknya industri seperti kami ini karena harga minyak," pungkas Kemas.

[caption id="attachment_410270" align="aligncenter" width="700" caption="Aktivitas peserta Indonesia SCM Summit 2015 di ruang eksibisi yang terdapat belasan booth di Jakarta Convention Center. (dokpri)"]

14291040081822229380
14291040081822229380
[/caption]

Hal serupa juga diucapkan Nurhayati Nasution, staf Business Development PT Servotech Indonesia. Ia katakan, beberapa proyeknya ditunda karena harga minyak yang kurang bersahabat. Servotech yang menyediakan jasa turbular, automatic and control serta surface service, sangat tergantung dengan keadaan bisnis KKKS mitranya.

"Kalau bisnis KKKS menurun, pasti ikut berdampak ke kita. Dengan harga minyak seperti sekarang kami sudah terdampak," kata Nurhayati ketika diwawancarai di booth Servotech di ruang eksibisi ICM Summit.

Namun, karena produk dan layanan Servotech ada pada jenis barang dan jasa yang terus diperlukan secara kontinyu, maka posisi bisnis Servotech yang sudah berusia 12 tahun ini masih aman.

Nurul juga sepakat dengan Kemas bahwa iklim industri SCM hulu migas nasional makin membaik. Salah satu indikatornya dengan banyaknya proyek yang Servotech pegang dan persaingan makin sehat. Teknologi baru juga makin cepat masuk dan bisa diakses secara bebas. Kondisi seperti ini membuat pelaku usaha seperti Servotech harus cepat beradaptasi.

Meski 2015 adalah tahun pertama Servotech ikut mendirikan booth di Indonesia SCM Summit, Nurul melihat event ini sangat strategis bagi usahanya. Bukan saja ia bisa memperkenalkan produknya ke kalangan pelaku industri SCM hulu migas nasional, tapi juga memantau kompetitornya.

"Di SCM Summit ini kami membuktikan bahwa kami sangat siap di pasar global," tegasnya.

[caption id="attachment_410271" align="aligncenter" width="700" caption="Booth Servotech Indonesia di ruang eksibisi Indonesia SCM Summit 2015. Siap masuk ke pasar global. (dokpri)"]

14291041872038734806
14291041872038734806
[/caption]

Ridzki Simanjuntak, Kepala Subdinas Penerapan dan Pengawasan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) SKK Migas, mengatakan iklim industri hulu migas nasional tidak terlalu ditentukan oleh rezim. Ia yakin bahwa setiap masa pemerintahan selalu ingin mewujudkan iklim industri yang baik. Pemerintah juga makin baik dalam menciptakan harmonisasi di hulu migas, baik dari aspek regulasi, persaingan, birokrasi maupun iklimnya.

"Kita terus meninjau harmonisasi regulasi kita terhadap local content (kandungan lokal). Karena itu harmonisasi ini menjadi topik penting dalam pembahasan SCM Summit tahun ini. Apakah regulasi kita selama ini sudah selaras atau tidak. Lewat acara ini kita hendak mendapatkan feedback," ujar Ridzki.

Pada SCM Summit pertama tahun lalu, kata Ridzki, SKK Migas berupaya membedah berapa besar dampak SCM hulu migas pada pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun ini, SCM Summit membedah harmonisasi regulasi.

Apakah kira-kira pemerintahan Jokowi bisa membuat perbedaan?
"Mudah-mudahan. Ini bukan persoalan rezim siapa. Kita bicara soal Indonesia dan terus melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Tapi langkah pertamanya harus ada keinginan dulu, dan ini yang kita bangun bersama-sama," pungkas Ridzki. [*]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun