Mohon tunggu...
Hilma Nuraeni
Hilma Nuraeni Mohon Tunggu... Content Writer

INFP-T/INFJ Book, nature, classical music, and poem🍁 Me and my writing against the world 🌼

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Tolong, Jangan Menormalisasi Beli Buku Bajakan

11 Juli 2025   19:00 Diperbarui: 12 Juli 2025   06:45 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: membaca buku (Sumber: Pexel/John Ray Ebora)

Mari kita mulai dengan satu pertanyaan, kalau kamu kerja 3 bulan bikin produk, lalu tiba-tiba tetangga kamu jual versi bajakannya atau KW dengan harga setengah, kamu diam aja?

Nah, itu yang dirasakan para penulis, editor, ilustrator, layouter, proofreader, dan semua orang di balik proses penerbitan buku. Tapi anehnya, begitu buku masuk ke lapak bajakan dan dijual Rp20.000, banyak orang malah bilang, "Yang penting bisa baca." Seolah-olah akses ke ilmu itu harus mengorbankan jerih payah orang lain.

Bukan berarti kita tidak peduli pada akses literasi yang inklusif. Tapi kalau kamu bisa beli kopi kekinian seharga Rp30.000 dan langganan Netflix, Spotify, atau jajan skincare tiap bulan, tapi mengeluh buku asli Rp80.000 itu mahal, mungkin masalahnya bukan di harga, tapi di prioritas.

Orang bilang, "Tapi buku asli kan mahal!" Tapi mari kita jujur, seringkali mahal itu hanya alasan untuk menghindari bayar yang adil.

Kalau kamu memang cinta buku dan peduli pada dunia literasi, bukannya malah menginjak-injak industri yang kamu nikmati. Itu seperti bilang cinta lingkungan tapi buang sampah sembarangan. Konyol.

Buku Bajakan Itu Bukan Bentuk Dukungan, Itu Bentuk Perampokan Berjamaah

Pikirkan ini, penulis menghabiskan waktu berbulan-bulan kadang bertahun-tahun untuk riset, menulis, revisi, dan menyempurnakan naskah. 

Lalu buku itu melalui proses penyuntingan, ilustrasi, desain sampul, sampai dicetak dan dipasarkan. Semua itu ada biayanya, ada tenaga, ada waktu, ada hidup yang dikorbankan.

Tapi ketika seseorang memindai bukunya dan menyebarkannya secara gratis atau menjual versi bajakan dalam bentuk PDF, e-book ilegal, atau cetakan oplosan, itu bukan bentuk cinta terhadap literasi. Itu pencurian.

Dan yang lebih menyedihkan, pencurian ini dianggap biasa. Dilegalkan secara sosial. Dianggap hal wajar karena "buku itu seharusnya untuk semua orang."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun