Dalam banyak kasus, bayang-bayang pengkhianatan itu terus menghantui dan meracuni hubungan ke depan. Maka dari itu, tidak salah jika seseorang memilih untuk tidak memaafkan.
Perselingkuhan Adalah Pilihan, Bukan Kesalahan yang Tidak Sengaja
Banyak pelaku perselingkuhan berdalih "Itu terjadi begitu saja", atau "Aku khilaf". Tapi faktanya, perselingkuhan tidak pernah terjadi tanpa pilihan sadar.
Dari mulai chatting diam-diam, menyembunyikan pertemuan, hingga akhirnya menjalin hubungan gelap semua itu adalah langkah-langkah yang dilakukan secara sadar.
- Dari sudut pandang perempuan:
Saat laki-laki berselingkuh dan berdalih bahwa itu hanya "lucu-lucuan", perempuan merasa diremehkan. Cinta dan pengorbanannya selama ini seolah tak ada artinya. Apalagi jika selama ini ia sudah mencoba menjadi pasangan yang setia dan sabar.
- Dari sudut pandang laki-laki:
Jika perempuan berselingkuh dan mengatakan "aku kesepian", itu akan terasa seperti alasan yang menampar. Karena banyak laki-laki juga menghadapi tekanan emosional, tapi tidak semua memilih untuk mengkhianati.
Mengkhianati pasangan bukan hasil dari ketidaksengajaan, tapi dari keputusan yang disengaja. Dan keputusan itu harus dipertanggungjawabkan.
Memaafkan hanya karena alasan "khilaf" bisa membuat pelaku merasa bebas dari tanggung jawab, bahkan mengulangi lagi di kemudian hari.
Luka Batin yang Tak Terlihat, Tapi Sangat Menyakitkan
Tidak semua luka terlihat. Luka batin akibat perselingkuhan sering kali lebih menyakitkan daripada luka fisik. Rasa dikhianati menciptakan trauma emosional yang mempengaruhi cara seseorang memandang cinta, kepercayaan, bahkan dirinya sendiri.
- Dari sudut pandang perempuan:
Perempuan yang diselingkuhi sering mengalami krisis identitas. Mereka bertanya-tanya: Apakah aku kurang cantik? Kurang menarik? Kurang baik? Padahal, kesalahan bukan di dirinya. Tapi luka itu membuatnya menjadi lebih tertutup, lebih takut mencintai lagi.
- Dari sudut pandang laki-laki: