Mohon tunggu...
Hildawati Septiani
Hildawati Septiani Mohon Tunggu... Akuntan - Karyawan Swasta

Travelling - Writing "Hidup adalah gerak" "Gerak adalah maju, berjuang, naik gunung, turun gunung, naik lagi"

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Gunung Lawu, yang Katanya Mistis ternyata Fantastis!

12 Maret 2024   07:30 Diperbarui: 12 Maret 2024   07:40 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendakian gunung lawu, kali ini join open trip for the first time, yaitu open trip Tiga Dewa Adventure. Dengan peserta hanya 12 orang, empat cewek dan delapan cowok. Ternyata enak sekali jika ingin mendaki anti ribet dengan ikut open trip, makan disediakan, tenda sudah ready, tenda toilet juga disediakan, kita tinggal membawa tas, tidur, pulang. 

Perjalanan dimulai tanggal 30/12/23 pukul 22.00 dari meeting point Halim, Jakarta. Tiba di basecamp lawu tanggal 31/12/23 pukul 07.15. Memasuki kawasan basecamp sudah tidak ada sinyal indosat. Benar-benar fokus menikmati perjalanan tanpa ada pesan masuk. 

Di basecamp selama hampir 2 jam, seperti biasanya kita semua mulai packing ulang carrier, serta sarapan sedikit sebelum mulai trekking. Pukul 09.10 kita briefing 5 menit bersama guide. Tidak lama, karena hari sudah terlalu siang, pendakian dimulai pukul 09.20 start from basecamp

Dari basecamp kita sudah disuguhkan jalanan naik beraspal serta anak tangga. Karena masih berada di kawasan wisata candi, jalan masih mulus dan landai. Setelah 10 menit jalan ke atas, kita tiba di gerbang “selamat mendaki gunung lawu via ceto” salah satu spot foto para pendaki sebelum memulai pendakian yang sesungguhnya. Sambil menunggu antrian foto, kita briefing kembali dan berdoa untuk kelancaran perjalanan sampai puncak. 

Pukul 09.40 kita semua start pendakian dari gerbang. Diawali dengan jalan yang landai beraspal. Berjalan sekitar 10 menit, akan bertemu dengan candi kethek. Candi kethek dan candi cetho yang masih berada di desa yang sama, dan kedua candi tersebut dibangun pada akhir kekuasaan kerajaan majapahit.

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)


Perjalanan dari candi kethek selama 5 menit masih sangat landai, namun cuaca gerimis serta kabut. Tak lama, sebelum kita akan memasuki jalanan sakral. Sebelum memasuki jalanan sakral, kita semua harus memakai kain selendang yang bisa dipakai dimana saja, dan dipakai hanya sekitar 100 meter perjalanan. Setelahnya akan ada tempat untuk pengembalian selendang. Selendang ini bayar per selendang Rp 5.000,00

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)

Perjalanan yang sesungguhnya dimulai dari pelepasan selendang, dengan trek menanjak licin. Gerimis sudah hilang, namun trek masih licin. Info dari warga setempat, di tanggal 30 sore sampai malam hujan badai serta setiap sore selalu hujan. Waw, beginilah resiko kalau mendaki di musim-musim hujan, apalagi akhir tahun. 

Tiba di post 1 pukul 10.50, istirahat lima menit. Menuju pos 2 dengan trek menanjak yang masih santai namun licin, masih oke dibanding dengan trek sindoro. Tiba di pos 2 pukul 12.00, istirahat sekitar 20 menit, sambil menunggu anggota lain makan siang. Lanjut menuju pos 3 dengan trek semakin naik dan panjang, namun masih bisa diterima oleh kaki. Perjalanan menuju pos 3 cukup panjang sekitar 40 menit. Tiba di pos 3 pukul 13.40 sangat ramai pendaki istirahat. Di pos 3 terdapat warung serta toilet, tidak perlu khawatir jika kehabisan logistik.

Pos 3 (dok. pribadi)
Pos 3 (dok. pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun