Selama kelas Formasi Spiritual Pentakosta, dosen kami (Bapak Billy Steven Kaitjily, M. Th.) memberikan kami tugas untuk menulis buku harian digital pada platformblog yaitu kompasiana.com.
Tugasnya pada dasarnya sederhana, yaitu menuliskan kebaikan Tuhan pada keseharian yang dialami ataupun pengalaman sebelumnya, dan apa yang didapatkan dari renungan pribadi tersebut, kemudian bagikan dalam situs blog.
Jujur saja menurut saya, tugasnya terkesan sederhana, tapi sebenarnya cukup sulit. Banyak sekali yang harus diperhatikan terkait tugas ini seperti EYD yang digunakan, sistematika penulisan, diksi yang digunakan, serta konten yang dituangkan.
Hal-hal tersebut menjadi beban tersendiri karena saya ingin tulisan saya bukan hanya benar secara teknis, tapi juga bermakna secara rohani.
Banyak sekali yang menjadi bahan pertimbangan saya untuk  menuliskan cerita atau kesaksian saya, lagi-lagi semua karena ketakutan dan overthinking saya.
Pertama kali saya harus menulis diary digital ini, perlu waktu kurang lebih dua jam untuk akhirnya tulisannya rampung. Kemudian perlu waktu dua hari untuk akhirnya saya memberanikan diri untuk akhirnya mem-publish tulisan tersebut.
Bagaimana kalau ceritanya tidak cukup bagus? Bagaimana kalau ceritanya tidak cukup berdampak? Bagaimana kalau kesaksiannya malah terkesan menyombongkan diri?
Begitu banyak pertanyaan dan kegelisahan untuk saya akhirnya berani mem-posting tulisan tersebut. Pada akhirnya, saya berpikir bahwa saya sudah berusaha yang terbaik dan sejujur mungkin untuk menuangkan cerita dalam tulisan tersebut.
Pada pertemuan kedua, Pak Billy kembali menekankan tugas tersebut. Beliau mengatakan bahwa tugas menulis diary ini ditujukan agar kita bisa menceritakan kebaikan Tuhan dalam keseharian kita dan diharapkkan buat teman-teman yang membaca dapat terberkati lewat tulisan yang kami tulis.
Berdasarkan penekanan tersebut, kegiatan menulis ini menjadi hal baru yang menyenangkan.
Ternyata, tidak memerlukan pemikiran yang terlalu rumit, saya hanya perlu menuangkan kebaikan Tuhan setiap harinya. Pasti banyak, dong!
Bagaimana tidak banyak kebaikan Tuhan? Tiap pagi bisa merasakan kehangatan matahari, kesegaran udara, dan bisa menjalani hari hingga selesai. Â Hal-hal tersebut bukanlah hal yang kecil, itu adalah bukti nyata penyertaan Tuhan yang kadang luput saya syukuri.
Mulai dari bisa pulang tepat waktu untuk mengikuti kelas, penjelasan dan peneguhan mengenai hal-hal yang selama ini menjadi kegelisahan, hingga pada akhirnya mengasah keterampilan lewat tulisan.
Kekhawatiran saya pada awal-awal perkuliahan mengenai tugas ini akhirnya sedikit demi sedikit mulai hilang. Kenapa harus berpikir dan cemas berlebihan? Tugasnya hanya untuk menyebarkan kebaikan Tuhan secara digital saja.
Mungkin karena seringkali saya lebih dulu memikirkan pendapat manusia dibandingkan pendapat Tuhan itu sendiri. Betapa malu nya saya bahwa saya masih saja memikirkan pendapat orang lain padahal kegiatan ini tujuannya untuk memuliakan nama Tuhan.
Padahal, begitu besar, dahsyat, dan banyaknya kebaikan Tuhan yang perlu saya bagikan kepada teman-teman semua.
Bukan kah itu semua campur tangan dan bimbingan Tuhan?
Seringkali saya menjalani hari dengan auto-pilot, berjalan begitu saja tanpa menikmati berkat dan penyertaan-Nya.
Lewat tugas menulis ini, saya menjadi lebih aware dan peka terhadap penyertaan dan kebaikan Tuhan.
Saya belajar bahwa tidak ada hal yang terlalu sepele untuk dibagikan jika itu menyatakan kebaikan-Nya. Justru lewat hal-hal kecil itu, saya bisa semakin mengerti bahwa Tuhan hadir dalam setiap detail kehidupan saya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI