Mohon tunggu...
Andre Halim
Andre Halim Mohon Tunggu... Lainnya - Kalamku bagimu

Tetaplah berguna.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengalaman Menjalani Karantina Stay Home Notice (SHN) di Singapura

3 Desember 2021   08:00 Diperbarui: 3 Desember 2021   08:03 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hari ini merupakan hari kedelapan saya dan isteri berada di Singapura, dengan was-was kami menantikan hasil Tes PCR yang sudah kami lakukan dua hari sebelumnya.

Kedua putri kami memang sudah lama mengajak kami untuk mengunjungi mereka di Singapura. Maklum sudah hampir dua tahun yaitu sejak merebaknya pandemi Covid-19, kami belum  pernah lagi mengunjungi mereka. Sudah rindu juga bertemu dengan lima orang cucu kami di sana.

Dengan berlakunya  ketentuan baru yaitu bahwa untuk pengunjung dari Indonesia cukup melakukan karantina (Stay Home Notice) selama tujuh hari saja dan karantinan nya juga dilakukan rumah saja, akhirnya kami putuskan untuk berangkat ke Singapura tgl 25 Nov 2021. Persyaratan SHN ini sudah jauh lebih ringan dari pada sebelumnya yaitu SHN 14 hari karantina di hotel.

Untuk bisa berkunjung ke Singapura, ada beberapa jalur yang terbuka dan yang kami pergunakan adalah ijin masuk berdasarkan Familial Ties Lane (FTL) yaitu anggota keluarga yang merupakan WN atau PR Singapura mengajukan ijin masuk untuk keluarga dekat.

Berikut ini adalah dokumen yang perlu kami siapkan untuk perjalanan tersebut.

  • Print out email dari Imigrasi Singapura yang berisikan ijin untuk kami berkunjung ke Singapura.
  • Print out Vaksinasi pertama dan kedua
  • Print out email balasan dari Imigrasi Singapura (ICA) yang merupakan ganti kartu imigrasi disertai pernyataan berbadan sehat dari kami berdua.
  • Print out hasil test Swab antigen yang kami lakukan dalam dua hari sebelum tanggal keberangkatan.

Untuk keempat dokumen tersebut di atas, bisa juga dipergunakan softcopy yang sudah disimpan di dalam telepon genggam.

Satu lagi yang kami perlu kami siapkan sebelum keberangkatan ke Singapura  adalah aplikasi Trace Together (mirip aplikasi PeduliLindungi) yang katanya harus diaktifkan setibanya di Changi.

Mengingat bahwa urusan check in di bandara Soekarno Hatta pasti akan  memakan waktu cukup lama, maka kami usahakan supaya sudah tiba di bandara tiga jam sebelum jam keberangkatan. Sewaktu kami tiba di konter check in, situasi masih belum ramai,  hanya ada beberapa penumpang saja yang sedang melakukan check in.  Ternyata dugaan kami benar juga, perlu waktu lebih dari dua puluh menit buat petugas tersebut untuk menyelasaikan proses check in kami berdua. Kelihatannya petugas konter yang melayani kami tidak begitu familiar dengan dokumen-dokumen yang menjadi persyaratan kami untuk bisa berangkat ke Singapura tersebut. Jadi buat teman-teman yang merencanakan perjalanan ke LN di masa pandemi ini sebaiknya tiba lebih awal di bandara.

Kami diberkati dengan cuaca yang baik sehingga penerbangan ke Singapura berjalan dengan nyaman sekali. Setibanya di Changi ternyata telah disiapkankan banyak  petugas yang siap sedia untuk memberikan bantuan/informasi bagi yang membutuhkannya. 

Kepada salahseorang petugas tsb kami tanyakan tentang aplikasi Trace Together, olehnya dijelaskan bahwa aplikasi bisa dijalankan setelah tiba di rumah anak saja. Setelah mengambil bagasi kami lagi mencari taksi, seperti biasanya kami tinggal mengikuti arahan dari petugas bandara saja.

Hari kedua kami berada di Singapura, kami mendapat telepon dari  Imigrasi Singapura (ICA) yang mengecek apakah kami menjalani karantina SHN sesuai prosedur. 

Untuk itu petugas dari ICA tersebut meminta video hape dinyalakan sehingga ybs bisa melihat kondisi ruangan tempat kami berada. Begitu juga dua hari kemudian kami ditelepon lagi oleh petugas ICA lainnya. 

Kali ini selain mengecek kepatuhan kami dalam menjalankan SHN, petugas tsb juga menjelaskan bahwa mereka akan mengirimkan  informasi lewat whatssapp perihal tempat dan waktu untuk PCR Test yang harus kami lakukan pada hari keenam. 

Sewaktu membaca whatsapp yang kami terima dari ICA, ternyata ada dijelaskan juga tentang taksi dari perusahaan mana saja yang boleh kami  gunakan untuk menuju ke lokasi tes PCR tsb.

Selasa 30 November 2021, kami berangkat menuju lokasi tes PCR yang ditunjuk yaitu di Bishan Secondary School. Cukup dengan memperlihatkan nama dan nomor paspor, selanjutnya kami diarahkan menuju ruangan tempat swab. 

Disini identitas diri diperiksa kembali, jadi paspor perlu ditunjukkan lagi. Semua petugas di ruangan ini menggunakan APD lengkap dan sarung tangan yang digunakan diganti baru setiap kali selesai melakukan swab untuk satu orang.

Hasil pengamatan kami, pemerintah Singapura melaksanakan ltindakan pencegahan penularan Covid-dengan ketat sekali. Segala sesuatunya diatur sampai detil-detilnya dan dilakukan pengawasan apakah semua prosedur dijalankan dengan benar. 

Jadi tidak heran kalau dalam berita yang kami pernah dengar sebelumnya, ada pengunjung dari Indonesia yang dideportasi karena tidak melaksanakan SHN dengan benar.

Syukurlah sore hari ini kami mendapat informasi  bahwa hasil tes PCR kami negatif, jadi mulai besok kami sudah bebas untuk menjelajahi kota ini yang sudah hampir dua tahun tidak pernah kami datangi. 

Singapura 02 Des 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun