Mohon tunggu...
HIJRASIL
HIJRASIL Mohon Tunggu... Administrasi - pemula

menjadi manusia seutuhnya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Siti Nurbaya, Patriarki dan Jeratan Kapitalis

18 Desember 2017   02:15 Diperbarui: 18 Desember 2017   02:16 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Roman siti nurbaya yang di tulis oleh marah rusli sekitar tahun 1920, merupakan sebuah karya besar dengan narasi seorang perempuan yang bukan hanya kisah percintaan antara dua insan anak muda, tetapi dalam karya ini tokoh siti nurbaya dalam roman pemikirannya telah melampui sebagai seorang gadis desa yang hanya bertamatkan sekolah tingkat SMA. 

Dealiktikany dengan persoalan sosial yang di alaminya telah ikut mendobrak pemikirannya akan emansipasi seorang perempuan yang selama ini terkungkung dengan adat istiyadat minangkabau. Pemikiranya mengenai terciptanya masyarakat yang egaliter, pentingnya peran perempuan untuk disejajarkan dengan kaum laki-laki dalam pendidikan, pekerjaan adalah salah satu bentuk dealiktika yang terbangun berdasarkan peraturan-peraturan adat istiadat yang dirasa telah membatasi perempuan untuk sama dengan laki-laki.

Fragmentasi pemikiran siti nurbaya ini bisa terlihat ketika dialognya dengan halimah tokoh yang berperan sebagai saudara sepupunya. Dialog antara siti nurbaya dan Halima ini terefleksikan dari maraknya perempuan-perempuan di desa yang masih berusia muda sekitar 13-14 tahun sudah harus menikah, pernikahan muda atau dini sebagai bentuk hasil dari otoritarisasi adat minangkabau, selain itu dogma adat telah ikut dalam melanggengkan dominasi patriarki. 

Perempuan telah di lepas segala hak yang melekat atas dirinya, kostumisasi sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pembantu yang melayani suaminya dilekatkan pada perempuan.

Kesadaran Siti Nurbaya terefleksi lewat pengalamannya dan perempuan-perempuan yang berada di padang yang ikut mengalami dampak adat istiadat minang kabau. Kebebasan seorang perempuan hanya dilihat pada tingginya kebangsawan keluarganya. Selain itu dalam roman siti nurbaya menarasikan hegemoni kaum laki-laki lewat adat istiadat dan kebangsawannya yang berkonsekuensi pada penancurdeskreditan kaum perempuan yang tidak berkebangsawan.

Jeratan kapitalisme atas perempuan juga terjadi dalam roman ini, di mulai dari narasi ayah siti nurbaya baginda sulaiman yang bersahabat dengan seorang datuk yang gelar datuknya hanya karena ia seorang kaya raya di negeri padang, dia adalah Datuk Maringgi. Meskipun begitu kekayaan diperolehnya melalui cara-cara yang licik, dengan motivnya memberikan pinjaman kepada masyarakat dia memberikan pengembalian bunga yang tinggi. 

Bila tidak mampu mengembalikan hutang yang di berikan datuk maringgi, maka konsekuensinya harta yang dimiliki masyarakat akan di ambilnya.  Baginda sulaiman adalah salah satu pedagang pribumi yang usahanya sangat maju dan memiliki harta yang cukup banyak. Melihat kemajuan yang di alami baginda sulaiman, datuk maringgi menjadi iri dan merencanakan membuat usaha baginda sulaiman menjadi hancur. 

Kesempatan itu datang ketika baginda sulaiman sedang ada masalah dengan usahanya dan membutuhkan uang. Dengan cara yang halus atas nama persahabatan dan kepercayaan datuk maringgi memberikan pinjaman tanpa ada hitam di atas putih.

Si orang kaya alias datuk maringgi tidak berhenti samapi disitu saja, sejurus strategi lain telah disiapkannya agar saingan usahanya menjadi bangkrut dan melarat. 

Datuk maringgi dan orang kepercayaannya lalu mempengaruhi sejumlah relasi baginda sulaiman untuk tidak berhubungan dagang dengannya. melakukan pembakaran pada beberapa tempat usaha, penenggalaman perahu-perahu dan memberikan racun tumbuhan pada pohon kelapa baginda sulaiman adalah bagian dari cara ekstrim dan licik yang dilakukan datuk maringgi untuk menjatuhkan saingannya. 

Akhirnya yang di tunggu-tunggu datang juga, karena usahnya baginda sulaimain sudah hancur took-tokonya di bakar dan kebun kelapa di racuni, baginda sulaiman pun ikut bangkrut, jatuh miskin dan tidak bisa membayar hutangnya kepada datuk maringgi. Meskipun baginda sulaiman telah jatuh miskin terror terhadapnya berdampak pada anaknya siti nurbaya yang mau di jadikan istri oleh datuk maringgi karena harta benda milik baginda sulaiman tidak mampu untuk melunasi hutangnya kepada datuk maringgi. Maka sebagai penggantinya siti nurbaya harus menikah dengan datuk maringgi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun