Lingkungan sekolah juga harus diarahkan menjadi komunitas yang menjunjung nilai kasih, empati, dan keadilan. Karena sejatinya juga nilai transendensi dapat memperkuat proses penyembuhan, sekaligus mendorong adanya transformasi budaya
dalam menangani bullying dengan pendekatan secara profetik, komunikasi terapeutik menjadi pendekatan utama. Yang mana jenis komunikasi ini fokus pada penyembuhan emosi, pemberdayaan korban, dan menciutkan relasi yang aman. Karena karakteristiknya yang menggunakan:
- Pendengaran aktif dan empatik
- Penguatan energi positif kepada korban
- Penggunaan bahasa yang menyembuhkan, bukan menghakimi
- Dialog terbuka yang dilakukan oleh pihak yang dipercaya.
Praktiknya bisa dilakukan dalam konseling, diskusi kelas, kampanye sosial digital, dan dukungan secara langsung oleh orang
terdekatnya.
Dalam menangani bullying secara profetik, komunikasi terapeutik menjadi pendekatan utama. Namun, agar komunikasi ini tidak hanya menyentuh secara psikologis tetapi juga menyembuhkan secara spiritual dan etis, maka ia harus disampaikan dengan prinsip qaulan layyina, yakni perkataan yang lembut dan menyentuh hati.
Dalam jurnal JISSC-DIKSI (2022), disebutkan bahwa qaulan layyina adalah “kata manis yang dibuat dengan lembut sehingga mampu menyentuh hati orang yang diajak bicara” dan menjadi etika komunikasi yang menghindari emosi dan cacian, namun penuh pengaruh secara batiniah
Pendekatan ini sangat penting dalam menghadapi korban bullying, yang mungkin sudah sangat terluka dan sensitif. Bahasa lembut dan empatik bukan sekadar gaya bicara, tetapi bentuk terapi batin. Demikian pula, saat berhadapan dengan pelaku bullying, komunikasi qaulan layyina membantu membuka ruang refleksi, bukan konfrontasi.
Bullying bukan hanya soal kenakalan remaja atau konflik antarteman. Ia adalah bentuk kekerasan sosial yang mengancurkan nilai kemanusiaan sejak dini. Melalui pendekatan komunikasi profetik, kita tidak hanya menyelesaikan masalah secara teknis, tetapi juga secara moral dan spiritual. Karena dengan liberasi, kita membebaskan jiwa-jiwa yang terperangkap, dengan humanisasi kita memanusiakan, dan dengan transendensi, kita mengangkat kembali martabat manusia.
Sudah saatnya sekolah dan masyarakat ikut serta menjalankan misi profetik ini yang berpihak pada yang tertindas, menyuarakan kebenaran, dan membangun ruang hidup yang lebih adil dan manusiawi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI