Mohon tunggu...
Tatang  Hidayat
Tatang Hidayat Mohon Tunggu... Dosen - Pegiat Student Rihlah Indonesia

Tatang Hidayat, bergiat di Student Rihlah Indonesia. Ia mulai menulis sejak SD, ketika masa SMK ia diamanahi menjadi pimpinan redaksi buletin yang ada di sekolahnya. Sejak masuk kuliah, ia mulai serius mendalami dunia tulis menulis. Beberapa tulisannya di muat diberbagai jurnal terakreditasi dan terindeks internasional, buku, media cetak maupun online. Ia telah menerbitkan buku solo, buku antologi dan bertindak sebagai editor buku dan Handling Editor Islamic Research: The International Journal of Islamic Civilization Studies. Selain menulis, ia aktif melakukan jelajah heritage ke daerah-daerah di Indonesia, saat ini ia telah mengunjungi sekurang-kurangnya 120 kab/kota di Indonesia. Di sisi lain, ia pun telah melakukan jelajah heritage ke Singapura, Malaysia dan Thailand. Penulis bisa di hubungi melalui E-mail tatangmushabhidayat31@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Aktualisasi Peran Syarikat Islam dalam Membangun Ekonomi Umat

23 September 2017   16:42 Diperbarui: 23 September 2017   17:00 1481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: indonesia-berzakat.org

Aktualisasi Peran Syarikat Islam Dalam Membangun Ekonomi Umat

Oleh : Tatang Hidayat *)

Indonesia memiliki potensi yang sangat besar baik jika dilihat dari Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki maupun Sumber Daya Manusia (SDM) dengan jumlah terbanyak keempat di dunia. Indonesia merupakan negeri yang memiliki kekayaan alam sangat melimpah, negeri ini memiliki tambang emas terbaik di dunia, tambang batu bara terbesar di dunia, cadangan gas alam yang melimpah, hutan hujan tropis terbesar di dunia, kekayaan bawah laut yang melimpah luas, kesuburan tanah terbesar di dunia, dan memiliki beberapa kekayaan fauna atau binatang (ilmugeografi.com, 20/6/2016). Tetapi dengan banyaknya kekayaan alam yang dimiliki negeri ini, tidak serta membuat masyarakatnya hidup sejahtera.

Bagaimana tidak, hari-hari yang dilalui, bertambah pula tetesan air mata di bumi pertiwi. Negeri ini semakin terjajah, berbagai  permasalahan lengkap sudah mewarnai bumi pertiwi. Kehidupan di negeri ini sedang mengalami krisis multidimensional, baik di bidang ekonomi, sosial, politik, budaya, pendidikan dan hukum. Sehingga mengakibatkan kemiskinan, bertambahnya pengangguran, tindak kriminal, kezaliman, kebodohan, kemorosotan moral, instabilitas moneter, penguasaan sumber daya alam negeri ini oleh kekuatan asing dan aseng melalui kaki tangannya para komprador, maraknya korupsi di seluruh sendi, kerusakan lingkungan dan meningkatnya penyakit sosial hingga prustasi sosial yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan negeri ini.

Melihat kondisi negeri kita saat ini, saya jadi teringat akan sebuah lirik lagu karya grup band Marjinal yang beraliran punk rock yang sering dilantunkan oleh seorang kawan ketika masa putih abu dahulu kurang lebih seperti ini "Lihatlah negeri kita, yang subur dan kaya raya, sawah ladang terhampar luas samudra biru. Tapi rataplah negeri kita, yang tinggal hanya cerita, cerita dan cerita (cerita terus). Pengangguran merabah luas, kemiskinan merajalela, pedagang kaki lima tergusur teraniaya, bocah-bocah kecil merintih melangsungkan mimpi dijalanan, buruh kerap dihadapi penderitaan. Inilah negeri kita, alamnya gelap tiada berbintang dari derita dan derita menderita, derita terus. Sampai kapankah derita ini, yang kaya darah dan air mata yang senantiasa mewarnai bumi pertiwi". 

Jika kita berpikir dan merenung apa yang ada didalam lirik lagu tersebut memang ada benarnya juga, lirik lagu tersebut menggambarkan kondisi bumi pertiwi saat ini. Menafikan kerusakan yang terjadi di negeri ini merupakan suatu bukti tidak peduli terhadap negeri. Mulai dari tingginya angka kemiskinan, kerusuhan, kriminal, pembunuhan, kenakalan remaja, perzinahan, prostitusi, bahkan ternyata Indonesia masih di jajah, salah satunya dari segi ekonomi, Indonesia sudah dijajah oleh Kapitalisme Global. Dijelaskan oleh anggota MPR, Ahmad Basarah, di depan peserta Training of Trainers 4 Pilar di lingkungan TNI dan Polri di Bandung, mengatakan bahwa bangsa ini secara ekonomi sudah dijajah oleh kapitalisme global. ia mengatakan bahwa tak hanya dalam soal kepemimpinan yang sudah terkontaminasi unsur kapitalisme namun saat ini juga ada sekitar 173 undang-undang yang berpihak pada asing dan tak sesuai dengan Pancasila (reportaseindonesia.com, 29/08/2015).

Berbagai kebijakan yang ada di negeri ini semakin menyengsarakan kehidupan rakyatnya, sehingga mengakibatkan angka kemiskinan di negeri ini terus bertamhah. Badan Pusat Statistik merilis data angka kemiskinan terbaru. Angka kemiskinan bertambah, per Maret 2017 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 27,7 juta bertambah 6.900 orang dibandingkan dengan September 2016 yang sebesar 27,76 juta (cnnindonesia.com, 17/07/2017). Bahkan menurut Rokhmin Dahuri selaku Guru Besar Institut Pertanian Bogor menjelaskan bahwa yang paling mencemaskan adalah angka ketimpangan sosial antara yang kaya dan yang miskin semakin melebar. Hal ini dapat dilihat dari rasio GINI yang pada 2004 sebesar 0,31 meningkat menjadi 0,41 pada 2014 dan 2015, lalu sedikit turun menjadi 0,397 tahun 2016. itu pun karena perhitungannya berdasarkan pada pengeluaran individu. Bila perhitungannya atas dasar pendapatan, maka rasio GINI tahun lalu sekitar 0,46 (sindonews.com, 14/03/2017).

Selaras dengan pendapat diatas, menurut laporan Credit Suisse's Global Wealth Report 2016,1% orang terkaya di Indonesia menguasai 49,3% kue ekonomi nasional. Dalam hal kesenjangan kaya vs miskin, Indonesia merupakan negara terburuk keempat di dunia (sindonews, 14/03/2017). Berbagai macam krisis yang melanda negeri ini patut kita renungi bersama, terutama dari sektor ekonomi. Karena, dari sektor ekonomi tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kebijakan politik suatu negeri. Krisis yang melanda negeri kita sebagai negeri zamrud khatulistiwa yang memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah tetapi keadaan masyarakatnya berada dalam kemiskinan, tentunya menimbulkan banyak pertanyaan dalam benak kita semua, mengapa semua ini bisa terjadi ?

Beberapa penyebab krisis yang melanda berbagai sektor yang ada di negeri ini, maka perlu adanya solusi dari berbagai sektor untuk kembali meningkatkan stabilitas nasional khususnya dalam sektor ekonomi. Dalam hal ini, Syarikat Islam sebagai organisasi yang telah berkontribusi di negeri ini selama ratusan tahun perlu hadir untuk memberikan gagasan-gagasan dalam bidang ekonomi. Karena, dalam sejarahnya pun, Syarikat Islam dahulu bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh Haji Samanhudi pada 16 Oktober 1905 yang pada awalnya dibentuk sebagai perkumpulan pedagang-pedagang Islam yang menentang masuknya pedagang asing yang ingin menguasai ekonomi rakyat (syarikatislam.or.id).

Berdasarkan sejarah berdirinya Syarikat Islam, maka situasi masa lalu saat masuknya pedagang asing yang ingin menguasai ekonomi rakyat ternyata sama yang dialami generasi kita saat ini. Bahkan apa yang dihadapi generasi kita saat ini lebih berat, begitu kuatnya cengkraman kekuatan asing (kapitalisme barat) dan aseng  (kapitalisme timur) yang menguasai negeri ini, menyebabkan negeri ini tidak bisa lepas dari cengkraman ekonomi kapitalisme global. Salah satunya hutang luar negeri Indonesia semakin membengkak. Bank Indonesia (BI) melansir data terbaru mengenai posisi utang luar negeri Indonesia. Per April 2017, utang luar negeri Indonesia tercatat sebesar USD 328,17 miliar atau setara dengan Rp 4.365 triliun (kurs hari ini). Angka hutang ini naik dibanding bulan sebelumnya atau Maret 2017 yang tercatat hanya USD 326,45 miliar (merdeka.com, 27/06/2017).

Hutang negera ini terus membengkak dan hutang tersebut akan diwariskan kepada generasi kita di masa depan, padahal dalam pandangan Islam jelas-jelas bahwa yang namanya riba diharamkan. Tetapi, mengapa negara ini terus menambah hutang, padahal jika mau, pengelola negeri ini bisa mengoptimalisasi potensi SDA dan SDM yang dimiliki. Namun, semua itu belum terealisasi dengan baik. Maka dalam hal ini, perlu adanya kekuatan bersama untuk membangun ekonomi. Salah satunya optimalisasi membangun potensi ekonomi umat. Oleh karena itu, disinilah peran Syarikat Islam harus hadir ke depan dengan ciri  khasnya untuk kembali kepada khittah 1912 yang berbasis ekonomi berdasarkan pada agama Islam dan perekonomian rakyat sebagai dasar penggeraknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun