Mohon tunggu...
M. Hibban Nawafi
M. Hibban Nawafi Mohon Tunggu... 24107030005 (Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Jurusan Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Warung Sederhana, Sambal Teri Istimewa: Kisah Usaha Kecil yang Bertahan di Tengah Tantangan

5 Juni 2025   21:49 Diperbarui: 5 Juni 2025   21:49 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret warung makan kang mas sipa dhaharan (Sumber: dokumentasi pribadi)

Deretan warung makan di sekitar Jalan Timoho, Sleman, Yogyakarta, mungkin tak asing bagi para mahasiswa yang tinggal di sekitarnya. Namun satu warung kecil bernama "Kang Mas Sipa Dhaharan" punya cerita berbeda di balik asap dapurnya. Warung yang terletak persis di samping Pondok Pesantren JPPI Minhajul Muslim, tepatnya di Jalan Timoho RT 4/RW 1, Ngentak, Depok, Sleman, ini bukan hanya tempat makan biasa, ia adalah simbol ketekunan dan keteguhan seorang pemuda bernama Syifa Risky Namian, atau yang akrab dipanggil Syifa.

Syifa Risky Namian, pemuda berusia 23 tahun yang akrab disapa Syifa, adalah pemilik sekaligus pengelola tunggal warung ini. Tak banyak yang menyangka bahwa warung kecil ini tumbuh dari krisis besar yang melanda hampir seluruh dunia: pandemi COVID-19. Sebelum pandemi, Syifa sempat bekerja di sebuah perusahaan. Namun seiring memburuknya kondisi ekonomi akibat wabah, perusahaannya tak mampu membayar karyawan secara penuh. Gaji Syifa pun dipotong hingga akhirnya ia memutuskan berhenti.

"Waktu itu bingung mau ngapain. Mau cari kerja susah karena semua serba terbatas. Akhirnya saya memutuskan untuk buka warung kecil-kecilan aja, siapa tahu bisa jalan," ujarnya.

Foto penulis dengan syifa atau pemilik usaha (Sumber: dokumentasi pribadi) 
Foto penulis dengan syifa atau pemilik usaha (Sumber: dokumentasi pribadi) 

Tahun 2019 menjadi titik awal perjuangannya. Saat itu, Syifa memutuskan memanfaatkan ruang depan rumahnya sendiri yang terletak persis di samping Pondok Pesantren JPPI Minhajul Muslim. Ia menata seadanya, meja kayu sederhana, rak makanan, dan beberapa kursi plastik untuk pembeli yang ingin makan di tempat. Modal yang digunakan pun sangat terbatas, berasal dari tabungan pribadi dan sisa gaji terakhir sebelum keluar dari pekerjaan. Hari-hari pertama membuka warung, Syifa harus menghadapi kenyataan bahwa dagangannya sepi. Yang datang hanya beberapa santri pondok. Bahkan seringkali makanan yang ia siapkan tidak habis dan akhirnya ia makan sendiri agar tidak terbuang.

Namun di situlah ketangguhan Syifa diuji. Ia tetap bangun pagi, memasak sendiri, membuka warung setiap hari tanpa absen. "Saya pikir, kalau saya buka terus dan konsisten, pasti akan ada hasil. Namanya juga usaha," katanya.

Menu yang ditawarkan di warung ini sangat khas dan merakyat. Nasi putih dengan berbagai pilihan lauk sederhana seperti sayur tumis, tahu goreng, tempe, dan gorengan. Tapi yang menjadi favorit pelanggan adalah sambel-sambel racikan Syifa, terutama sambel teri. Rasa pedas yang pas, dipadukan dengan gurihnya teri yang digoreng garing membuat menu ini selalu dicari. "Sambel teri itu jadi ciri khas warung saya. Kalau habis, kadang ada yang nanya 'kok gak ada sambel terinya, Mas?'," ujar Syifa.

Foto menu makanan di warung makan kang mas sipa dhaharan (Sumber: dokumentasi pribadi)
Foto menu makanan di warung makan kang mas sipa dhaharan (Sumber: dokumentasi pribadi)

Selain sambel teri, Syifa juga membuat sambel usus dan sambel ati yang tak kalah digemari. Untuk minuman, warung ini menyediakan es teh manis, es nutrisari, hingga kopi Good Day dalam berbagai varian. Walau sederhana, semuanya disajikan dengan penuh ketulusan. Tidak heran jika pelanggan mulai berdatangan secara rutin. Warung yang dulu sepi kini mampu melayani sekitar 15--20 orang per hari.

"Alhamdulillah, meski belum ramai banget, tapi setidaknya cukup untuk biaya hidup saya sehari-hari," kata Syifa. Ia tidak memungkiri bahwa warung ini belum menghasilkan untung besar, namun ia bersyukur bisa mandiri dan tidak lagi bergantung pada pekerjaan yang tidak pasti.

Ada satu momen yang hingga kini masih membekas di benaknya, saat ia berhasil membeli handphone dengan uang hasil berjualan. "Itu HP pertama yang saya beli pakai uang saya sendiri. Rasanya bangga banget, bukan karena barangnya mahal, tapi karena hasil kerja keras saya sendiri," Ujar Syifa.

Foto selfi penulis dengan pemilik usaha pada saat proses wawancara (Sumber: dokumentasi pribadi)
Foto selfi penulis dengan pemilik usaha pada saat proses wawancara (Sumber: dokumentasi pribadi)

Perjalanan Syifa membangun warung ini tentu tidak tanpa tantangan. Selain soal modal dan sepinya pelanggan di awal, ia juga harus mengatur waktu dan tenaga karena semua dilakukan sendiri. Mulai dari belanja bahan di pagi hari, memasak, melayani pembeli, mencuci alat makan, hingga membereskan warung saat malam hari menjelang tutup. Meski lelah, Syifa tetap menjalaninya dengan semangat.

Warung Kang Mas Sipa Dhaharan pun kini menjadi bagian dari ritme harian masyarakat sekitar. Para santri pondok pesantren kerap mampir untuk beli makanan atau hanya sekedar beli lauk, begitu pula para pekerja lepas dan mahasiswa yang melewati kawasan itu. Warung ini mungkin tidak besar, tetapi selalu jadi tempat singgah favorit untuk beli makanan atau sekedar beli lauk.

Kisah Syifa adalah potret nyata semangat anak muda di tengah keterbatasan. Di saat banyak orang kehilangan arah karena pandemi, ia memilih mengambil alih nasibnya sendiri. Ia tak menunggu peluang datang, melainkan menciptakannya sendiri dari halaman rumahnya, dari bahan-bahan dapur sederhana, dan dari ketulusan untuk melayani orang-orang yang datang makan ke warungnya. Usaha kecil yang ia rintis bukan sekadar tentang menjual makanan, melainkan tentang membangun harapan, sedikit demi sedikit, dari reruntuhan ketidakpastian.

Tak banyak yang tahu betapa berat masa-masa awal ia membuka warung. Saat orang lain bisa menyerah karena pembeli yang hanya bisa dihitung jari, Syifa justru memilih untuk bertahan. Ia tidak gentar meski harus memasak sendirian, melayani sendiri, dan membereskan semuanya sendiri pula. Ia percaya bahwa yang ia bangun bukan hanya warung makan, tetapi jalan menuju kemandirian hidup.

Potret tempat makan para pembeli di warung kang mas sipa dhaharan (Sumber: dokumentasi pribadi)
Potret tempat makan para pembeli di warung kang mas sipa dhaharan (Sumber: dokumentasi pribadi)

Kini, setelah berjalan lebih dari empat tahun, warung itu telah menjadi saksi perjalanan Syifa menuju kemandirian. Ia mungkin belum bisa disebut sebagai pebisnis sukses dengan omzet besar, tapi ia telah berhasil melewati masa-masa sulit dengan kepala tegak. Bahkan, saat pertama kali bisa membeli handphone dari hasil warungnya, Syifa mengaku. "Itu HP pertama yang saya beli sendiri. Bukan soal harganya, tapi soal rasa bangga karena saya bisa," kenangnya.

Apa yang dilakukan Syifa sejatinya sederhana, tapi memiliki makna yang besar, ia tidak menyerah. Ia memilih untuk terus berdiri di atas kaki sendiri, meski perlahan. Ia membuktikan bahwa di tengah krisis pun, akan selalu ada ruang bagi mereka yang berani mencoba dan terus berjuang. Bahwa keberhasilan tidak selalu datang dalam bentuk besar, kadang ia datang dari sepiring nasi hangat yang dibeli dengan penuh keikhlasan oleh pelanggan tetap.

Warung Kang Mas Sipa Dhaharan bukan hanya tempat makan, tapi simbol bahwa anak muda hari ini bisa bangkit dan mandiri dengan cara yang sederhana namun bermakna. Bahwa keberhasilan bukan hanya milik mereka yang memiliki modal besar, tapi terbuka bagi siapa saja yang berani memulai dan tak gentar menghadapi sepi. Di balik sepiring nasi dan sambal teri, tersimpan pelajaran berharga, bahwa setiap perjuangan, sekecil apa pun, layak dihargai. Dan dari situlah masa depan bisa dibangun dengan kerja keras, doa, dan keyakinan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun