Mohon tunggu...
RIZKI IKA YP
RIZKI IKA YP Mohon Tunggu... Freelancer - SHARING IS CARING, THO THE WORDS

Seorang yang sedang belajar menulis ketika lisan tak cukup mampu mengungkap apa yang ada di dalam pikiran. Reach me on Telegram : heyouawesome

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kematian Seorang Pendosa

7 April 2022   14:10 Diperbarui: 7 April 2022   14:17 999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

***

Semesta, 9 Desember 1988

Lastri mengerang sambil memegang perut buncitnya di dalam mobil ambulans yang membawa ia dan kedua orang tuanya menuju rumah sakit rujukan yang lebih besar di kotanya. Saat itu jam menunjukkan pukul 9 malam. Rumah sakit pertama yang mereka datangi sudah menyerah karena tak sanggup memberi layanan operasi caesar padanya. Maklum saja pada waktu itu fasilitas kesehatan di desanya masih sangat minim.

Begitu sampai di rumah sakit, tenaga medis langsung membawanya ke ruang operasi untuk membatu proses melahirkan anak pertamanya. Tanpa didampingi suaminya, Lastri rela meregang nyawanya demi melihat buah hatinya lahir tanpa kurang suatu apapun. Sungguh berat pengorbanan seorang ibu bagi anaknya.

*Tiga hari setelah melahirkan

Tubuh Lastri masih tergeletak lemah di kasur rumah sakit. Jahitan panjang di perutnya masih terasa sangat nyeri apabila ia banyak bergerak namun rasa itu seketika lenyap ketika ia diperbolehkan menggendong putri mungilnya meskipun hanya kuat beberapa menit saja. Beruntung adik-adik dan kedua orang tuanya secara bergantian menjaga dan menyiapkan keperluannya selama masa opname. Aneh rasanya tetapi hatinya justru merasa damai tanpa suami dan bapak kandung anaknya ada di sampingnya.

Siang ini perawat baru saja mengganti perban di perutnya yang masih saja basah oleh darah dan sedikit nanah. Proses melahirkan yang begitu menyakitkan itu menyadarkan Lastri bahwa betapa mulianya kedudukan seorang ibu sehingga Allah menempatkan surga seorang anak berada pada kakinya. Sudah berkali ia menangis di pelukan ibunya, meminta maaf atas segala khilafnya selama ini, bahkan dulu ia seringkali membangkang pada wanita yang melahirkannya itu.

Sementara di sisi lain rumah sakit, mata Bowo nyalang mencari ruangan tempat istri dan anaknya yang baru lahir itu dirawat. Tangan kirinya menenteng plastik putih berisi beberapa makanan agar istri dan keluarganya sedikit luluh dengan hadirnya. Begitulah triknya selama ini untuk menaklukkan kembali hati istrinya setelah berulang kali disakiti. 

Ia hanya butuh karangan kata-kata manis dan beberapa makanan seolah ia akan memberikan segalanya lalu memohon di hadapan istrinya maka semuanya pun akan kembali normal. Lalu di waktu selanjutnya ia bisa berbuat semaunya lagi. Berulang lagi begitu tanpa pernah ia mau benar-benar mempebaiki sikapnya. Sungguh laknat kehidupan yang dijalani Bowo. Hanya membawa kerusakan bagi orang-orang di dekatnya saja.

'Perempuan itu semuanya sama saja. Mudah ditaklukkan hanya dengan sedikit rayuan manis dan beberapa lembar uang.' Gumamnya dalam hati sembari tersenyum licik.

Tak berapa lama ia mengintip dari balik pintu masuk ruangan yang ditunjukkan oleh bagian administratif tempat ia bertanya lalu mendapati istrinya tengah menggendong bayi perempuan mungil dengan senyum terkembang jelas. Tanpa ragu ia memutar gagang pintu dan langsung masuk ruangan tanpa disertai salam apapun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun