Masihkah ada kesempatan aku melahirkan sebuah karya baru?
Batinku terasa sesak setelah beberapa lama tidak lagi hadir depan layar laptop yang terlihat penuh debu. Rasanya menulis bukan lagi teman dekat yang menjadi tempat curhat dan membuang segala perkara dan masalah dalam otak ini.
Ah, aku harus buang juga pikiran negatif ini. Bukankah tidak ada kata terlambat untuk siapa yang mau melangkah lagi?
Mari kita mulai saja. Sejak 2019 saya berada di rumah ini. Mengenal sebuah ruang menulis. Kompasiana. Saya di sini sudah lama. Tapi, hingga sekarang saya masihlah seorang yang malas. Selalu maju mundur untuk menulis setiap hari. Membagi pengalaman dan opini seputar pengalaman hidup.
Menjadi penulis yang hebat ternyata bukan soal banyak rumah yang dia miliki. Tapi, dari satu rumah itu bisa dilahirkan "Anak-anak" (Baca:karya) yang bisa bermanfaat untuk orang lain.
Membangkitkan kembali semangat itu tidak mudah. Tapi, kita harus mulai. Tak ada rumus bisa menulis kecuali dengan mulai, mulai, dan mulai.
Kata penulis Akbar Zainuddin dalam bukunya berjudul Uktub rumus menulis itu "Menulis, menulis, dan menulis."
Maka, mari kita mulai.
Bukankah dari satu kata akan ada kata-kata yang mengikutinya. Kemudian akan menjadi kalimat dan membentuk paragraf yang bisa dibaca.
Dari satu kata bisa menjadi sebuah baca yang akan muncul sebagai sebuah motivasi untuk diri sendiri dan juga orang lain. Menjadi cahaya untuk penerang. Dan membuka pikiran yang membuat tenang.
Teringat seorang teman yang telah sukses dalam dunia kepenulisan. Dia seorang difabel nama di media sosial yang saya kenal adalah Tony Al Munawwar.
Dia sempat menjadi mentor saya saat mengikuti kelas blog yang ia sendiri yang menjadi owner nya. Tidak hanya kelas blog. Dia juga membuka kelas menulis e-book. Menulis e-book dengan berbagai judul. Buku-buku nya banyak tersedia di gramedia digital.
Bahkan sekarang beliau telah memiliki penerbit sendiri dan sudah bekerja sama dengan toko buku ternama.
Ah, siapa tak malu. Sebagai seorang yang dikasih kesempurnaan anggota badan oleh Tuhan harusnya sadar. Kenapa beliau dengan kekurangan saja bisa mempunyai karya bahkan mempunyai penerbit sendiri. Bagaimana dengan saya yang sempurna anggota badannya.
Mari mulai lagi. Tuhan tidak pernah melarang untuk kita meraih apa yang kita inginkan. Motivasi memang seperti ini. Kadang naik dan kadang turun. Maka, mari kita pupuk lagi.
Ambil lagi senjatanya. Siapkan lagi untuk bertempur.
Ciptakan lagi karya-karya terbaik yang nantinya akan bermanfaat untuk orang lain.
Dari kata kita berkarya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI