Mohon tunggu...
hesty kusumaningrum
hesty kusumaningrum Mohon Tunggu... Human Resources - swasta

seorang yang sangat menyukai film

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah adalah Pembentuk Prespektif Kebangsaan

1 Agustus 2022   15:49 Diperbarui: 1 Agustus 2022   15:51 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam satu sampai dua decade ini, banyak sekali orangtua yang merasa kaget dengan dunia Pendidikan yang dihadapi oleh anak-anak mereka. 

Para orangtua yang kebanyakan adalah  generasi X dan generasi baby boomer merasa bahwa situasi Pendidikan atau sekolah pada saat mereka menjadi pelajar di zaman lampau sangat berbeda dengan situasi anak-anak mereka saat ini.

Fakta yang mereka temukan adalah mereka tidak hafal Pancasila. Sila-sila yang dihafal oleh orangtua sejak zaman sekolah dasar sampai mereka beranjak ke umur 40-an bahkan sampai 50 an juga masih dihafal. Tapi anak-aak zaman sekarang umumnya tidak hafal isi Pancasila dan urutannya dengan baik.

Hal lain yang juga mereka temui adalah jarang bahkan nyaris tidak pernah melakukan upacara bendera. Upacara bendera biasanya dilakukan pada hari senin oleh nyaris semua sekolah di masa lalu, kini hanya dilakukan oleh sedikit sekolah saja. 

Sekarang kita coba untuk melihat setidaknya 10 sekolah di Jakarta; apakah mereka memasang bendera merah putih di kelas masing-masing? Apakah mereka memasang garuda Pancasila di atas papan tulis ? Mungkin dari 10 sekolah itu hanya dua atau tiga saja yang memasangnya.

Padahal semua sekolah yang masuk dalam wilayah geografis Indonesia dan dibawah naungan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sudah seharusnya memasang symbol-simbol negara. 

Mereka juga seharusnya mengadakan upacara bendera untuk menghormati symbol negara dan mengingat dasar dan landasan negara kita.

Sementara itu mungkin kita ingat kejadian pada tahun 2018 dimana ada dua perempuan muda berencana masuk dalam mako brimob membawa makanan kepada napi terorisme. 

Dari mereka, polisi menyita sebuah gunting (yang ternyata untuk menyerang polisi) . Setelah dilakukan pendalaman, keduanya punya latar belakang Pendidikan yang cukup baik; satu guru di sebuh pondok pesantren dan satu lagi merupakan mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Fakta di atas adalah sebuah rangkaian yang sebenarnya bersambung. Sejak dini, anak-anak sekarang mungkin tidak mengenal akar bangsanya dengan baik; menghayati bahkan mencintainya. 

Anak-anak yang seharusnya menghargai berbagai suku sejak sabang sampai Merauke dan berbagai keyakinan dari pulai Rote sampai Miangas, tidak lagi besikap seperti itu (menghargai). 

Bahkan mereka seakan dijauhkan satu sama lain sehingga dibiarkan tidak saling kenal, tidak saling paham, dengan begitu begitu berbagai narasi dipercikkan maka akan sering terjadi saling benci bahkan dibawa sampai mereka dewasa.

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sejatinya radikalisme sudah masuk sejak lama dalam ranah Pendidikan kita, dan dimulai dari intoleransi (menolak hormat pada bendera, tidak sudi menyanyikan indoensia raya, membenci murid lain yang beragama berbeda dll). 

Yang paling tragis adalah intoleransi bahkan radikalisme ini bukan hanya diinternalisasi para siswa tapi juga para pengasuh sekolah (guru, guru BP, kepala sekolah dan perangkatnya). 

Fakta terbaru adalah : beberapa siswi di SMA Negeri 1 Bantul Yogya dipaksa pihak sekolah (dalam hal ini guru BP) untuk mengenakan jilbab. Padahal sekolah ini adalah sekolah negeri dan bukan sekolah agama.

Kita seharusnya tidak mengelak kenyataan pahit dan memalukan ini. Institusi Pendidikan seperti sekolah mulai dari TK, SD, SMP dan Universitas seharusnya mampu membentuk pribadi anak yang baik dan prespektif kebangsaan yang baik pula. Bukan malah sebaliknya. Pribadi dan prespektif kebangsaan yang baik akan membawa bangsa dan negara kita baik pula.

Dengan begitu kita tidak akan bertemu lagi dengan peristiwa dua orang yang akan menyerang polisi di Mako Brimob atau sekolah yang memaksakan anak didiknya memakai jilbab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun