Mohon tunggu...
Hesti Rochmat Wulandani
Hesti Rochmat Wulandani Mohon Tunggu... Penulis - manusia biasa

bagaimana jika aku ini seorang bekantan yang menyamar jadi manusia untuk mencintaimu?

Selanjutnya

Tutup

Diary

Maaf Ya, Aku Detail, Soalnya Zodiakku Virgo…

14 Januari 2021   20:45 Diperbarui: 14 Januari 2021   20:49 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Beberapa tahun belakang, zodiak lagi rame dijadikan topik obrolan seru. Setiap bertemu orang baru, hal pertama yang ditanya setelah nama adalah “Zodiakmu apa?”. Tampaknya, buat mengerti asal, tempat tinggal, dan pendidikan lawan bicara bukan lagi menjadi topik seru untuk diobrolin lebih lanjut.

Kapan hari, saat saya sedang nongkrong seru bersama empat orang teman di salah satu coffeeshop, ada kejadian yang sangat menarik buat dijadiin bahan ghibah nih. Saat itu kami datang di hari sore yang mana kedai kopi tujuan kami sedang rame-ramenya. Untuk selanjutnya, teman-teman saya akan diwakili dengan si A, B, dan C.

Menyadari lokasi yang dituju lagi rame-ramenya, si A nih agak ribet nih. Dia jadi manusia rewel saat itu dengan bilang bahwa dia gak nyaman nih kalo rame gini dan nanti pasti ngantri banget buat order. Tapi beda sama si B, dia malah seneng banget soalnya seru gitu tempatnya. Sampai pada akhirnya kami mutusin buat tetap stay di tempat ini karena memang tiga diantara kami ga ada masalah sama tempat ini.

Saya tanyain satu-satu mereka mau pesan apa dan nantinya saya yang akan mengantri ke kasir untuk memesan. Bermacam-macam mereka pesannya, saya dengan teliti mendengarkan supaya ga kelupaan. Si B dengan cerianya bilang, “americano, please! Less sugar, okay? Thank you.”. si C cuman bilang kalo pesannya sama kaya pesanan si B. giliran si A menyampaikan pesanannya ke saya, “Hes, aku mau susu regal, tapi regalnya banyakin ya. Terus gulanya dikit aja, sama jangan lupa esnya sedang jangan banyak-banyak. Oh, sama ukurannya yang besar. Terus sama kentang nya 2 porsi, sudah. Maaf ya, aku detail dan banyak mau soalnya aku virgo.” 

“Lah ngaco!! Gendeng, sinting.” Batinku. Kenapa ya, orang-orang selalu menormalisasi sifat dengan bersembunyi dibalik label Zodiak? Padahal nih, Virgo yang katanya perfeksionis bisa jadi senyebelin itu dan bisa diminimalisir buat jadi lebih baik. Maksudku, kenapa zodiak bisa menghalalkan hal-hal yang super nyebelin sekalipun. Padahal seharusnya bisa untuk lebih baik dari itu.

Tunggu, kalian ngerti kan sama maksud saya? Kebetulan di lingkungan pertemananku banyak yang kaya gitu. Contoh lainnya nih, saya zodiaknya gemini. Kata ramalan, zodiak gemini itu gampang nge-baperin, friendly, moody-an. Tapi ga serta merta karena ramalannya kaya gitu, saya jadi pribadi yang moody-an, friendly, gampang ngebaperin karena zodiak saya gemini.

Oya, kadang ada juga yang bilang jangan sama Aries soalnya Gemini cocoknya pasangan sama Leo. Hey Brouuuw? Ngaco bener sih. Kenapa? Kenapa? Kenapa? Kayaknya orang-orang jaman sekarang lebih suka terpaku pada hal-hal semacam itu deh. padahal kan itu semua belum tentu bener ga sih?

Mungkin pada beberapa orang itu relate sama ramalan-ramalan itu, tapi akan lebih baik buat dijadiin konsumsi pribadi aja tanpa menormalisasi apapun yang ada di hidup ini dengan zodiak. Terkadang hal-hal semacam ini jadi sumber terciptanya gap dalam pertemanan loh. Sering saya dengar, “Jangan sama si C, dia ga banget buat diajakin apapun. Dan dia itu zodiaknya Cancer loh. Drama queen banget gilaaa.” Hmmm…

Kalo nyebelin, ya nyebelin aja. Gausa pake bawa-bawa ilmu perbintangan gitu loh. Lagian, ga semua orang peduli, ga semua orang paham, ga semua orang mewajarkan apa yang diwajarkan. Akan berbeda ceritanya kalo penerapan hal-hal kaya gitu ke orang yang emang se-frekuensi sama obrolannya.

Bukannya bikin seru, malah jadi sesuatu yang cringe bagi sebagian orang. Kita boleh percaya zodiak, asalkan ngerti harus digunakan di tempat mana ilmu yang kita tau itu. Dan juga pada situasi seperti apa yang bisa bikin kita pas buat bahas perzodiakan.

Seingetku dulu sebelum hal-hal kaya gini booming, ayah ibuku yang katanya zodiaknya ga bisa nyatu juga menghasilkan anak empat. Adem ayem aja tuh rumah tangganya. Kalau kata ibu saya dulu, hal apapun itu tergantung dari apa yang kita pikirkan. Yes, itu bener banget. Tapi kan ga harus membenarkan ramalan zodiak dan menjadikan itu patokan dalam bertingkah gitu loh rek, paham kan ya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun