Mohon tunggu...
Hesdo Naraha
Hesdo Naraha Mohon Tunggu... Freelancer - Sharing for caring by "Louve" from deep Instuisi-Ku

God Is Good All The Time 💝

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perangkap Tikus yang Bernama "Cinta"

18 April 2022   11:30 Diperbarui: 18 April 2022   11:45 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Haiii sobat kompasianerr….

Apa kabar semuanya? Semoga teman-teman semua dalam keadaan sehat dan bahagia ya. Kalau dihitung-hitung, tak terasa kita sudah berhasil bertahan ditengah pandemi Covid-19, selama dua tahun, satu bulan (tepuk tangan dulu untuk diri sendiri). Bagiku bertahan dan tetap kuat ditengah pandemi ini adalah bentuk nyata kemampuan adaptasi yang kita miliki, dan satu hal yang paling penting; karena sang pemilik kehidupan juga turut merawat kita didalam keseharian yang dilalui. Untuk itu bersyukurlah!

Well, kali ini judulnya agak aneh tapi semoga kalian tertarik untuk membacanya sampai selesai

Aku bertemu cukup banyak pengalaman asmara, selama menjalani kehidupan ditengah pandemi ini. Mulai dari pengalaman teman-teman dekat, tokoh-tokoh superior didalam novel sampai pengalaman ku sendiri. Setiap orang punya ceritnya, itulah kesimpulan paling sederhana ketika aku mencoba melihat kembali setiap cerita-cerita yang ada. Menariknya akhir dari setiap cerita itu seringkali hanya berkisar pada dua babak saja.

Pertama, “akhirnya si Anu dan Ani bersama. Mereka berpacaran/menikah dan hidup bahagia.” Agak klise, tapi percayalah semua orang selalu menginginkan bagian ini, entah keinginan itu untuk mereka sendiri atau justru kepada para tokoh dalam kisah fiktif yang sedang dinikmati. Saya sering membaca komentar teman-teman di status media sosialnya mengenai sebuah novel atau film, mayoritas menginginkan cerita itu berkahir dengan kebahagiaan. Sebagaimana kehidupan Anu dan Ani, tadi.

Sayangnya… orang-orang ini seringkali tidak mampu mengendalikan realita asmara mereka. Seakan-akan mereka hanya mampu mengontrol kisah fiktif, tetapi tidak mampu mencapai kebahagiaan yang mereka harapkan dalam cinta mereka yang sebenarnya, didalam kehidupan yang rill. Yahh itu juga kenyataan yang dialami saya hehehe, menarik kan? Oke kita lihat yang kedua.

“malam itu diakhiri dengan kekalutan yang amat dalam. Anu menemui kenyataan kalau ternyata Ani hanya menganggapnya teman, sementara didalam hati Anu, Ani adalah segalanya, cintanya, nafas hidupnya.” Wihh keren yaa bagian ini, saya jadi membayangkan bagaimana kalua kisah ini ditulis menjadi sebuah cerpen hehehe…

Kesedihan semacam ini selalu dihindari oleh siapapun, padahal yang dibaca hanyalah buku, yang ditonton hanyalah sebuah film, tetapi agaknya kita memang punya kecenderungan menginginkan banyak hal terjadi sesuai ekspektasi kita. Walaupun hal itu cukup lucu, tetapi faktanya kita justru lebih sering menemui kisah sedih ini didalam realita hubungan yang sebenarnya. Apakah artinya?

Kita dengar pendapat Sigmund Freud 

Kalian yang senang membaca atau mendengar konten psikologi, harusnya tidak asing dengan nama ini. Freud sang bapak Psikoanalisa yang begitu berpengaruh dalam bidang Psikologi sampai saat ini.

Nah, mengenai kecenderungan kita yang ingin menguasai suatu cerita menjadi ‘happy ending’ daripada ‘sad ending’ sesuai keinginan, padahal realitanya hubungan kita yang rill justru lebih sering tidak sesuai dengan ekspekatasi itu sendiri. Menimbulkan pertanyaan, sebenarnya ada gak yaa penjelasannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun