Pada bagian pertama, kita sudah mengupas tentang apa dan bagaimana pemahaman dasar tentang pengasuhan berbasis kehidupan penuh makna. Intinya, adalah bahwa mengasuh anak harus ada tujuannya, bukan sekedar memenuhi kebutuhan primer dan sekudernya seperti makan, minum, tempat tinggal, uang sekolah dan lain-lain. Bahkan bukan juga sekedar mengantarkan ke sekolah, menjemputnya kembali, mengajaknya liburan dan lain-lain. Namun, lebih jauh dari itu, mempersiapkan agar sang anak memiliki good life di masa depan, memiliki kehidupan yang baik dalam segala dimensinya. Bukan hanya salah satu unsur, namun semua unsur BPSS-nya, yaitu Biologis, Psikologis, Sosial serta Spiritualnya. Jika dibedah lebih dalam lagi BPSS memiliki sub-sub yang lebih detail, yang insya Allah akan dibahas di tulisan-tulisan selanjutnya.
Maka, selanjutnya bagaimana?
Pada bagian ini, kembali akan ditegaskan bahwa tujuan dari rangkaian aktivitas pengasuhan anak perlu dirumuskan. Agar orang tua tegas dan percaya diri dalam melangkah. Meaningful life based parenting, bermakna bahwa pengasuhan perlu dengan sengaja diarahkan untuk menyiapkan anak, agar mampu secara mandiri, membangun kehidupan baik, serta penuh makna (meaningful) di masa depannya. Intinya mampu membangun kehidupan baik (goodlife) bagi dirinya dan keluarganya. Mampu punya tujuan yang jelas, yang memandu langkah-langkahnya. Mampu memiliki alasan yang jelas terkait apa sebenarnya tujuan penciptannya, dan kemana ia akan kembali. Mampu menghayati bahwa hidup bukan hanya di dunia, namun ada alam lain yang menunggunya, plus dengan catatan amalnya.
Upaya ini, membutuhkan ragam tehnik, strategi dan ilmu dasar yang benar. Seperti misalnya, apa arti bermakna itu sendiri? Apa arti meaningful life? Apa makna "bermakna' secara psikologis? Secara sosial? Secara spiritual? Nah, inilah yang insya Allah akan dibahas dalam tulisan-tulisan selanjutnya. Namun pada prinsipnya, Meaningful life based parenting adalah upaya berkelanjutan untuk membersamai anak, agar seluruh potensi fitrahnya tumbuh dengan baik. Potensi fitrah keimanan, fitrah belajar, fitrah bakat dan lain-lain. Sehingga kecerdasaan dan kemampuan anak mencerap pelajaran hidup berkembang dengan baik. Sehingga akhlak baik anak tumbuh dengan sempurna, seiring pemahamannya tentang makna hidup.
Konsep ini, juga menekankan bahwa anak perlu dibekali dengan cara pandang yang benar tentang kehidupan itu sendiri, serta konsep turunannya, seperti makna kebahagiaan, makna kesuksesan dan lain-lain. Pada zaman dimana uang, jabatan, status, kekayaan dan lain-lain dianggap sebagai simbol kesuksesan, maka anak perlu diberikan pemahaman yang lurus tentang hal tersebut. Pada zaman dimana pada umumnya pengasuhan diarahkan agar anak belajar serajin-rajinnya, agar dapat sekolah dan kuliah di tempat terbaik, sehingga mampu bekerja dengan gaji setinggi-tingginya-, jelas anak perlu diberikan pemahaman yang mendasar.
Selanjutnya, pada zaman dimana kebahagiaan disimbolkan dengan jalan-jalan ke luar negeri, makan di tempat yang sedang viral, memiliki barang-barang yang sedang trendy, dan lain sebagainya-, maka anak jelas perlu diberikan pemahaman yang mendalam tentang apa makna kebahagiaan yang sebenarnya. Sebab 'keliru' cara pandang tentang kebahagiaan, bisa membawa 'langkah keliru' dalam mengejarnya. Maka, jika ditarik lebih jauh, maka berpotensi menghasilkan kekeliruan yang beranak pinak, ketika putra-putri kita suatu saat sudah punya anak nanti.
Haruskan serepot ini?
Mengapa harus serepot ini? Agar tertanam di pemikiran dan jiwa anak, hal-hal yang maknawiah dari kehidupan duniawiah ini. Agar anak tidak terbawa arus pemikiran global yang belum tentu membawa dirinya memiliki kehidupan bermakna. Agar anak tidak mudah terombang-ambing dengan segala tren dan idealisme yang ada. Agar anak paham persis apa yang seharusnya menjadi prioritas. Agar generasi masa depan ini menghayati apa yang seharusnya dikejar dan mana yang seharusnya ditinggalkan. (Bersambung)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI