Mohon tunggu...
Hery Sinaga
Hery Sinaga Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri Sipil

-Penulis konten -saat ini sedang suka-sukanya menggeluti public speaking -Sedang menyelesaikan buku motivasi -karya novel : Keluargaku Rumahku (lagi pengajuan ke penerbit)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sujud dan Membasuh Kaki Ibu, Untuk Semua Kesalahanku

22 Desember 2020   22:27 Diperbarui: 25 Desember 2020   02:49 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu pengalaman berharga bagi ku ketika aku mengalami titik balik dari hubungan yang kurang baik dengan ibu. Wanita yang melahirkan dan membesarkan ku. Bahkan hingga saat ini tanggung jawab orangtua itu tidak akan pernah berkesudahan terhadap anak-anaknya.

Hubungan yang kurang baik dalam hal ini bukan berarti menjadi anak durhaka. Tetapi lebih kepada mengedepankan egoisme masing-masing sehingga terjadi perbedaan pendapat bahkan bisa dikatakan sampai kepada level ucapan yang sedikit membuat sakit hati atas ucapan luapan dari emosi sesaat.

Sebagai anak, patutnya kita menghargai dan menuruti apa yang menjadi nasehat dari orangtua. Memperlakukan mereka layaknya sebagai orangtua yang harus dihormati. Karena orangtua kita itu adalah Tuhan yang kita lihat. Tetapi mungkin ketika itu aku merasa bersalah karena tidak melakukan selayaknya apa yang harus ku lakukan terhadap ibu ku.

Enam tahun yang lalu, adalah saat-saat dimana hubungan ku dengan ibu tidak begitu baik. Mungkin pada saat itu, sensitifisme perasaan membuat emosi ku menjadi fluktuatif disebabkan masalah dan situasi hidup yang tidak sesuai dengan apa yang ku harapkan.

Tidak ada yang dapat ku lakukan pada saat itu selain daripada berdiam diri menerima keadaan. Tentu sebagai ibu, tidak menginginkan anaknya seperti itu hanya berdiam diri. sehingga lama kelamaan ibu menjadi jengkel.

Tentu marah dan ucapan agak sedikit meninggi yang dilontarkan padaku adalah hal yang wajar yang harus ku terima. Aku merasa justru sebaliknya, ketika ibuku marah dengan nada sedikit meninggi, harapan ku, ibu memberikan perhatian dan pengertian akan kondisi yang kualami.

Disatu sisi, aku menginginkan untuk dimengerti, tetapi di sisi yang lain, ibu juga mengharapkan untuk dimengerti sebagai seorang ibu yang memberikan saran yang baik bagi anaknya.

Kondisi itu berlangsung hingga berbulan-bulan dengan rasa sakit hati yang ada dalam diri masing-masing.

Aku belum menyadari pada saat itu bahwa sikap ku terhadap ibu, baik itu perkataan dan perbuatan sudah tidak sepatutnya sebagai seorang anak. Karena bagaimanapun kekurangan orangtua, mereka tetap adalah orangtua kita.

Dalam tahun itu, aku sedang berusaha untuk mencari pekerjaan. Beberapa perusahaan swasta nasional dan multinasional yang membuka lowongan pekerjaan telah aku masukkan lamaran. Dan panggilan untuk mengikuti wawancara dan tes psikotes telah aku lewati.

Namun saat mengikuti ujian tahap akhir, aku selalu gagal. Satu perusahaan ke perusahaan yang lain, aku selalu tersandung di tahap-tahap akhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun