Mohon tunggu...
Hery Sinaga
Hery Sinaga Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri Sipil

-Penulis konten -saat ini sedang suka-sukanya menggeluti public speaking -Sedang menyelesaikan buku motivasi -karya novel : Keluargaku Rumahku (lagi pengajuan ke penerbit)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Elsewhere, Sepi dan Terasing

18 Mei 2018   10:05 Diperbarui: 18 Mei 2018   10:13 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hidup itu menghadirkan bermacam rasa dan pengalaman. Kadang kita berada ditengah keramaian tetapi kita seolah tidak merasakan sama sekali keramaian itu. Hati kita seakan-akan tidak berada disitu. 

Seperti mengasingkan diri ke suatu tempat dimana yang kita sendiri pun tidak tahu dimana (seolah-olah berada disebuah tempat pembuangan dan pengasingan bernama "elsewhere" yang ada dalam kisah film The Giver. 

Kita seolah mati rasa dan tidak bisa berbaur melebur dalam riuhnya keramaian itu. Kita bertanya mengapa? Apa yang kurang dengan ini? Kenapa bisa seperti ini? Apakah kita berada ditempat yang seharusnya kita tidak berada? Atau mungkin kita memang terasing di keramaian itu? Kita merasa tidak seorang pun yang peduli dengan apa yang kita rasakan. 

Mereka hanya asyik dengan dunia mereka dan kesenanangan mereka dengan bersikap apatis terhadap perasaan kita yang kesepian. Kita tidak menemukan jiwa-jiwa yang dapat menyatu dengan perasaan kita, dengan semua adanya kita? Aku tidak tau berapa banyak jiwa dan pribadi yang mengalami kesepian ini. Yang pasti banyak dan banyak jumlahnya. Tetapi kesepian ditengah keramaian adalah sebuah kenyataan yang dapat dirasakan dan hinggap kepada siapa pun di dunia ini. Bermacam alasan yang menyebabkan kita terjebak dalam suasana itu. 

Itulah "Hati" dan "Perasaan" yang menurut saya adalah bagian terkecil dari manusia yang tidak berwujud tetapi memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap gejolak jiwa setiap orang diseluruh penjuru bumi ini. Perasaan itu juga bagian yang sangat sensitif. Apabila terjadi sesuatu yang buruk dan tidak baik terhadap perasaan akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memulihkannya mengembalikan kepada kondisi semula keadaan normalnya. Ada kadang kala tercipta dimana kita mengalami kesepian itu datang menghampiri kita. 

Dan yang lebih parahnya lagi, kesepian itu ingin mencoba tinggal dalam diri dan hati kita dan ternyata memang parah, kesepian itu berhasil tinggal dalam hati kita yang terdalam. Kesepian itu mulai menguasai hati kita yang kosong. Berlagak seperti Raja di dalam istana kerajaannya. Dan ini lah kenyataannya, kita menjadi sedih, patah arah, putus asa, tidak bersemangat dan bahkan sampai kehilangan harapan karena rumah dari perasaan kita telah disingkirkan dari takhtahnya oleh musuh bernama "Kesepian". Kita butuh perasaan kita kembali ke takhtahnya. 

Jika kita tidak ingin berlama-lama larut di dalam ketidak jelasan perasaan. Hati kita kosong, kosong sekosong-kosongnya. "Aku butuh sesuatu dan seseorang untuk memulihkan dan mengisi hati ku kembali." Itulah pertanyaan dan sekaligus harapan yang muncul dalam hati seorang yang kesepian. Ketika kita berada di titik puncak dimana kita merasakan kesepian itu kita bahkan dapat menangis karena kita sudah berlarut-larut dalam jeratan lingkaran kesepian. 

Ya memang karena kita tidak menemukan seseorang yang dapat kita jadikan sebagai pribadi yang mau dengan rela berbagi dengan segala kesepian kita, beban kita, galau kita, perasaan campur aduk kita, mau mendengar segala permasalahan kita, keluh kesah kita yang melanda atau bahkan seseorang yang sangat spesial mungkin yang kita berharap dapat mengisi kembali hati kita yang kosong. Tapi itu mungkin sulit untuk kita wujudkan. 

Harapan menemukan orang yang tepat untuk dapat dijadikan tempat berbagi dan mengisi kembali hati yang kosong pupus sudah untuk masa saat ini. Kita hanya bisa menghela nafas panjang , "hhhhhhhuuuuuuuuuufffffffff....................." ibarat menggenggam bulan, dan ufuk semakin menjauh. dan juga seperti mencari sebatang jarum dalam tumpukan jerami. Dan kita harus sadar memang susah, susah dan susahhhhhhh. 

Seperti itulah kenyataan hidup saat ini. Sedih memang dan sangat miris menerima kenyataan itu. Dan gak munafik juga kalau kita boleh berkata bahwa bila saat ini yang terjadi adalah pertemanan yang dibungkus oleh sebuah kemunafikan. 

Orang itu berteman hanya untuk sebuah keinginan dan kemanfaatan dan jika ada maunya. Sangat jarang menjalin pertemanan itu karena sebuah alasan yaitu saling membutuhkan, saling melengkapi dan saling menerima apa adanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun