Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kopdar, Kompasianival: Di Saat Teman Ingin Menyapa

30 November 2012   07:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:26 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ada yang menarik dari pernyataan Tante Paku Ketika memberi sambutan dalam Kompasianival 2012 karena terpilih sebagai Kompasiner favorit 2012, 17 November lalu. Tante Paku menyatakan -kurang lebihnya- bahwa ia menyatakan bahagia bukan karena terpilih sebagai kompasiner favorit, ia bahagia karena dapat bertemu dengan para kompasiner yang lain yang selama ini berinteraksi di dunia maya. Pernyataan itu bukan monopoli Tante Paku saja tetapi belaku juga bagi kompasianer yang lain,yang rela datang untuk kopdar di kompasianival ini.

Kopdar sering diistilahkan bertatap muka langsung di dunia nyata yang sebelumnya hanya berinteraksi di dunia maya. Pada jaman dulu kopdar mulai ngetren efek dari chatting yang lagi booming. Pada waktu itu interaksi dalam dunia maya saling menutup jati diri masing-masing, lama-kelamaan karena penasaran sepakat untuk kopi darat untuk saling bertemu di kafe atau tempat lainnya sesuai kesepakatan. Sebelumnya mereka janjian dengan memberi petunjuk (clue) untuk bertemu dengan memakai baju warna apa atau tanda lainnya yang mudah dikenal. Biasanya kopdar hanya sekedar iseng belaka untuk menuntaskan rasa penasaran akan teman mayanya itu. Kopdar kadang tidak sampai terjadi (batal) karena merasa teman mayanya itu tidak sesuai dengan harapan, maklum kadang dalan interaksi maya sering melebih-lebihkan diri (lebay dan narsis).

Kopdar memang membuat penasaran. Interaksi di dunia maya tidaklah cukup, tetap dalam dunia nyatalah interaksi pertemanan itu sesungguhnya, termasuk dalam media sosial. Keberadaan blog membuat interaksi pertemanan dunia maya bukan sekedar iseng belaka,kehadiran Kompasiana menambah semarak bagi komunitas pengguna blog. Kompasiana berbeda dengan blog lainnya, yang di sini mengedepankan untuk berbagi dan berinteraksi (sharing and connecting). Sebagai blog keroyokan Kompasiana cukup terorganisir karena di sini perlu dimoderasi (oleh admin), sehingga komunitasnya didalamnya tidak sembarangan menulis, mengedepankan isi (konten) dari pada penampilan blog.

Keberadaan Kompasiana rupanya mendapat antusias publik, sehingga banyak yang bergabung di sana dan interaksi berjalan dengan alamiah sesuai dengan tulisan yang dibuatnya. Lambat laun interaksi di dunia maya tidaklah cukup terkadang satu sama lain saling penasaran siapa teman mayanya itu, keinginan kopdar kadang tidak terelakkan. Kopdar yang baik adalah dilandasi oleh niatan yang baik pula tanpa tendensi apa-apa selain mempererat pertemanan. Kopdar bisa berjalan baik, lancar, dan menyenangkan bila ada pihak yang memfasilitasinya. Dan syukurlah Kompasiana sering mengadakan kopdar yang dibungkus dengan suatu acara, misalnya workshop, nonton bareng, ataupun review suatu produk.

Dengan adanya kopdar yang terorganisir itu maka para Kompasiner “dipaksa” pula untuk ikut. Dan para Kompasiner akan bersuka cita untuk mengukseskan kopdar itu. Ada perasaan rindu dan penasaran untuk saling bertemu. Dan memang benar ketika kopdar itu terlaksana, suasana akan cair satu sama lain saling mengenalkan diri, rasa penasaran itu sedikit terobati. Dalam kopdar juga belaku kebalikannya, berkenalan dalam dunia nyata kemudian akan dilanjutkan dengan interaksi di dunia maya, dengan saling bertukar akun.

Kopdar dalam skala besar, Kompasiana tidak ketinggalan. Kompasianival pun digelar, tahun ini dilaksanakan di Gandaria City. Di sini Kompasianer dapat leluasa untuk kopdar sekaligus menikmati even baik itu pameran, seminar, serta pergelaran seni dan musik. Dalam kopdar di Kompasianival banyak terjadi kejadian, baik yang unik, menyenangkan, lucu, dan tidak terduga. Saya sendiri dalam Kompasianival, berkeliling ingin bertemu langsung dengan teman maya saya. Beberapa berhasil saya temui ada yang memang pernah kopdar sebelumnya atau karena tulisanya sering tertampang di Kompasiana yang fotonya pun jelas. Beberapa diantaranya adalah mbak Ria Astuti, mbak Marintan, om Jay, Bang Zul, bu Rokhmah, dan banyak lainnya.

Di Kompasianaval ini seperti bermain tebak-tebakan saja. Saya berhasil menebak dengan tepat siapa Kompasner yang dimaksud seperti dr Posma, mas Valentino, mbak Christy. Waktu itu tampak juga bu Maria yang akhirnya menjadi Kompasianer of the year. Langsung saya sapa, “Bu Maria ya?”, tampak sekali beliaunya mengingat-ingat, saya langsung mengenalkan diri, “Hery Bu”. Entah karena beliau sudah ingat atau tidak ingin mengecewakan saya, beliaunya menjawab, “oh ya saya tahu”. Pertemuan itu hanya berlangsung singkat karena masing-masing sudah ada agenda berikutnya.

Saya juga bertemu dan berkemalan dengan Kompasiner dari Solo yaitu mas Dimas Suyatno yang akhirnya saling berjanji untuk add jadi teman. Ada juga kejadian unik, saya bertemu dengan Kompasianer dari Ambon yaitu bapak Irwan Thahir Manggala. Seperti biasa saya dan beliau akan saling add menjadi teman. Setelah sampai di rumah saya buka Kompasiana dan langsung menuju dashboard. Betapa terkejutnya saya, di situ sudah tertampang bahwa pak Irwan menanyangkan tulisannya. Dan ternyata tanpa saya duga bahwa pak Irwan telah lama menjadi teman di Kompasiana.

Berinteraksi di Kompasiana ternyata melahirkan beberapa komunitas. Kita rasa bahwa mereka bukan hendak bersikap eksklusif, atau membentuk kelompok sendiri. Adanya komunitas telah memperkaya Kompasiana akan adaya keragaman dan kebebasan berekpresi. Beberapa Kompasianer lebih memilih untuk tetap pada identitas Kompasiana, meminjam bahasa Alm. K.H. Zainuddin MZ : tidak ke mana-mana tetapi ada di mana-mana.

Sebelum kopdar dilaksanakan, hati ini begitu menggebu ingin bertemu dengan teman-teman. Tetapi ketika sudah sampai acara kopdar kadang ada rasa kikuk, ragu untuk menyapa, pada akhirnya berkenalan juga walau ada kesan seperti SKSD (sok kenal sok dekat). Tetapi itu semua tidak urung menghilangkan makna kopdar itu sendiri. Di kopdar inilah tempat kita bisa saling menyapa, berinteraksi dalam arti sesungguhnya, canda dan tawa bukan sekedar basa-basi belaka. Ruang dan waktu seakan di buat tidak berjarak seperti petikan lagu lawas Padi, Beri Aku Arti:

.....
Dimana kawanku  inginku menyapa
Beri aku ruang  tempatkan diriku
Dimana kawanku  semakin menjauh
Beri aku arti  tak ingin berbeda

.....



Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun