Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Tiga Figur Layak Memimpin Jawa Timur yang Menemui Jalan Terjal

28 September 2017   12:32 Diperbarui: 29 September 2017   04:04 3165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari 10 tokoh 3 di antaranya dari Jawa Timur. Barisan belakang Azwar Anas (kedua dari kiri), Tri Rismaharini (ketiga dari kiri), dan Suyoto (kelima dari kiri). Foto: tempo.co

Pilkada serentak akan dilangsungkan 2018 nanti, Jawa Timur turut ikut serta untuk ukuran propinsi. Para kandidat masih belum mendeklarasikan secara resmi oleh partai ataupun koalisi partai. Sampai saat ini mengerucut dua figur yaitu Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Khofifah Indar Parawangsa.

Ukuran ideal yang layak dijadikannya seorang pemimpin sebenarnya ditentukan oleh faktor prestasi (meritokrasi) yang pernah dilaluinya. Rekam jejak (track record) yang baik sebelumnya akan berpengaruh pada kinerja yang baik pula di kemudian hari, walaupun itu tidak seratus persen menjamin. Betapapun juga prestasi figur pejabat publik yang baik tentu perlu diberi tempat sehingga nantinya figur yang kurang baik bisa tereliminir dengan sendirinya.

Sebenarnya ada tiga figur di Jawa Timur yang mempunyai kualitas yang cukup baik. Rekam jejaknya cukup bagus dalam menjalankan pemerintahan di tingkat kota atau kabupaten. Tiga figur itu memperoleh penghargaan yang objektif dari media yang sangat kredibel.  Pada 3 Maret 2017 PT Tempo Inti Media Tbk (Tempo Media Group) memberi penghargaan kepada 10 kepala daerah teladan tingkat nasional. Tiga diantaranya berasal dari Jawa Timur yaitu Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Bupati Bojonegoro Suyoto, dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.

Prestasi tiga kepala daerah itu tidak perlu diragukan lagi dalam memimpin daerahnya. Prestasinya diakui tingkat nasional bahkan internasional. Namun sayang sistem pemilihan kepala daerah tidaklah seperti di perusahaan, yang berpestasi tidak ada jaminan "naik pangkat". Semua karena melalui proses politik. Memang benar rakyat yang menentukan dalam pemilihan yang demokratis. Namun perlu diingat bahwa penentuan calon melalui "kendaraan" partai politik atau jalur independen. Jika partai sangat "peduli" dengan aspirasi rakyat tidaklah masalah, hanya ada saja para petinggi partai --kadang- yang melakukan politik transaksional.

Akibatnya tiga kepala daerah yang seharusnya dapat "karpet merah" justru tidak mendapat tempat mudah naik level di atasnya. Tidak tanggung-tanggung tiga-tiganya bukan menjadi kandidat calon gubernur Jatim unggulan. Jalannya terseok hanya karena urusan politik bukan prestasi, walaupun ketiganya sewaktu menjadi bupati/walikota juga melalui proses politik. 

Tri Rismaharini

Tidak diragukan lagi Walikota Surabaya ini mengukir seabrek prestasi, baik nasional dan internasional. Prestasi yang patut dibanggakann adalah penganugerahan penghargaan Bung Hatta Anti-Corruption Award (BHACA) di tahun 2013. Suatu penghargaan yang diberikan kepada tokoh yang dikenal oleh lingkungan terdekatnya sebagai pribadi-pribadi yang bersih dari praktik korupsi, tidak pernah menyalahgunakan kekuasaan atau jabatannya, menyuap atau menerima suap, berperan aktif, memberikan inspirasi atau mempengaruhi masyarakat atau lingkungannya dalam pemberantasan korupsi.

Risma pun --sepertinya- tidak maju menjadi cagub Jatim. Sebagai kader PDIP sebenarnya partai pun mendukungnya terlebih oleh Megawati sebagai ketua umumnya. Hanya saja "tiket mudah" itu tidak diambilnya, Risma lebih memilih bertahan untuk menyelesaikan jabatan walikota Surabaya sampai masa berakhirnya di tahun 2021 yang kali ini merupakan periode jabatan kali kedua.

Banyak warga yang menginginkan Risma untuk maju karena dinilai sangat pantas, bahkan ukuran kontestasi pilkada DKI namanya ikut menjadi bursa calon. Semua kembali kepada Risma sendiri yang "keukeh" tak mau maju. Walaupun banyak yang menyayangkan sikapnya ini, di sisi lain perlu juga diapresiasi bahwa sosok Risma bukanlah "gila" jabatan.

Abdullah Azwar Anas

Sejak menjadi Bupati tahun 2010, Kabupaten Banyuwangi menjadi pesat kemajuannya. Dari sebuah daerah yang dahulu biasa saja menjadi perhatian yang layak dikunjungi. Pariwisata berkembang pesat begitu pula berbagai even yang dikemas bagus. Peran serta masyarakat pun dilibatkan tidak sekadar sebagai penonton saja. Efeknya pun berasa, perekonomian bergeliat dan semua lapisan masyarakat bisa menikmati. Banyuwangi perlahan tapi pasti telah menggeser daerah Malang Raya yang selama ini kokoh sebagai pusat destinasi wisata Jawa Timur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun