Tidak seperti biasanya. Senja kali ini tak memberi aroma segar yang ditebar diantara rimbun dedaunan. Dan kita masih saja mengendus-endus berebut daun gugur.
Lalu saling menuturkan begitu susahnya memanggil angin yang tinggal dijauh sana. Meski kita yakin, bahwa kerinduan sebentar lagi terbang dibawa angin, menggugurkan daun kering dan jatuh dipangkuan.
Kitapun tak habis-habisnya berdebat tentang, matahari, rembulan, senja, kemarau, kerinduan yang selalu dimain-mainkan para penyair. Kemudian kesunyian yang membangun beribu tekad untuk berpikir serta menuliskan cerita-cerita syahdu yang mendayu-ndayu.
Pikiran kita jadi tak menentu, jauh menerawang tentang rindu yang membeku jadi batu. Lalu kita tertawa ngakak membangunkan senja yang sedang asyik bercengkerama bersama mimpi.
Perlahan warna senjapun  pudar digiring malam, seperti rindu yang kita tunggu, memudar  membaur dalam kehidupan  yang tak pernah sempurna. Seperti nasib kita.
Sungailiat Bangka, Awal Agustus 2018.