Mohon tunggu...
Heru Legowo
Heru Legowo Mohon Tunggu...

Seorang yang suka sesuatu hal yang baru, yang menantang fisik, kecerdasan dan yang penting segala sesuatu yang membuatnya merenung! Oleh karenanya, dia kerap melakukan pekerjaan atau perjalanan yang tidak biasa. Hal-hal baru dan tempat-tempat baru selalu mengusik keinginan-tahuannya. Dia akan melakukan apa saja untuk dapat mengerti dan memahaminya, kemudian berusaha menuliskan pengalamannya; untuk sekedar berbagi. Semoga bermanfaat …

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Goa Prasejarah Leang-Leang di Maros

21 Februari 2012   02:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:24 2732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Maros, menjadi tempat beberapa kebanggaan dari Propinsi Sulawesi Selatan. Bandara Sultan Hasanuddin yang menjadi hub bagian timur Indonesia, Bantimurung yang terkenal karena air terjun-nya dan rumah kupu-kupu yang beraneka macam, waduk Bili-Bili dan beberapa lainnya terletak di Maros. Salah satu obyek wisata Maros adalah Goa Leang-Leang yang konon berasal dari masa megalitikum, jutaan tahun sebelum masehi.

Makassar eh Sulawesi Selatan ternyata memiliki ciri khas banyak nama dan istilah yang terdiri dari 2 kata yang sama menjadi satu, contohnya : bili-bili, bulu-bulu, pare-pare, leang-leang, pete-pete, joka-joka dan lainnya. Unik dan khas Sulawesi Selatan. Leang dalam bahasa Makassar adalah goa, karena banyak goa di wilayah sekitar sini barangkali, maka diberi nama menjadi Leang-Leang.

Kami menuju ke Goa Leang-Leang, saya ikut dalam tim fotografi yang melakukan kegiatan outdoor photography di goa tersebut. Goa ini berada di Kecamatan Maros, kira2 hanya 20 menit dengan mobil dari Bandara Sultan Hasanuddin. Berada di dekat lokasi wisata Bantimurung yang terkenal menjadi ciri khas daerah ini.

[caption id="attachment_172866" align="aligncenter" width="600" caption="Arie Darmana berakting sebagai model rekan-rekannya sibuk memotret dari berbagai sudut"]

13299062051370402960
13299062051370402960
[/caption]

Memasuki wilayah ini, hamparan sawah yang menghijau menjadi latar depan dari bukit karst yang menjulang tinggi. Tebing-tebingnya yang terjal hampir tegak lurus tertutup pepohonan yang menghijau. Ini pasti daerah yang subur dan penghasil padi yang baik.

[caption id="attachment_172496" align="aligncenter" width="600" caption="Batu-batuan yang seakan muncul begitu saja dari permukaan tanah"]

13297922441262971322
13297922441262971322
[/caption]

Mendekati lokasi kami berhenti di tepi jalan. Rekan saya Arie Darmana Ketua Tim Fotografi turun dan minta ijin kepada seorang penggembala sapi untuk memotret dirinya. Dan Alimuddin sambil tersenyum kaku pun mengangguk : "Iye ..." Sejenak kemudian, Arie Darmana menunjukkan hasil fotonya. Dan saya harus mengakui kelihaiannya dalam memotret. Alih-alih memotret sawah yang menghijau, gambar yang tampak adalah senyum Alimuddin yang lebar, asli dan alami dibawah caping gembalanya yang lebar. Gradasi warnanya sungguh tajam dan tampak jelas. Bagus sekali. Saya jadi ingin bisa memotret dengan cara itu.

[caption id="attachment_172500" align="alignright" width="240" caption="Goa Pettakere"]

1329792663322827963
1329792663322827963
[/caption]

Hari Sabtu pagi yang cerah kami sampai di lokasi Goa Prasejarah Leang-Leang ini, pintu gerbangnya masih tertutup. Petugas meminta kami masuk melalui pintu kecil disamping gerbang. Mobil kami parkir di depan gerbang.

Dan kami pun memasuki lokasi wisata ini. Jalan setapak beton mengarahkan kami menuju ke lokasi goa Leang-Leang. Di kanan-kiri batu-batu besar berserakan ditengah-tengah hamparan rumput hijau. Di sebuah batu besar kami berhenti dan memotret kesana-kemari. Arie Darmana memberi coaching rekan-rekannya bagaimana teknik memotret yang baik. Memperhatikan arah sinar matahari, mencari sudut memotret dan mengatur bukaan rana lensa dan kecepatan. Begitu deh. Saya cermati uraiannya. Foto yang baik katanya mengandung unsur C-D-E-F, composition, depth of field, exposure, focus! Waduh ... Mesti belajar nih, biar nggak ketinggalan ikut mengabadikan keindahan di sekitar sini.

Kami berjalan menuju ke goa megalitikum. Sebelum memasuki wilayah goa kami melewati jembatan diatas sungai yang mengalir, airnya yang jernih dan beriak cukup keras menambah keindahan dan kesejukan lokasi ini.

Ada dua buah goa yaitu goa Pettakerre dan goa Pettae. Asri pemandu kami mengajak kami ke gua Pettakere lebih dahulu. Ada tangga besi untuk mencapai goa ini. Dan kami bertiga memasuki goa ini di dinding goa ada gambar telapak tangan putih yang dikelilingi warna merah. Dan seekor babi rusa yang juga berwarna merah. Ukurannya tidak terlalu besar dan konon dibuat dalam waktu yang tidak bersamaan.

[caption id="attachment_172498" align="aligncenter" width="600" caption="Rumah Adat Bugis 3 tingkatan atap menunjukkan tingkat kebangsawanan pemiliknya"]

1329792482828500316
1329792482828500316
[/caption]

Kami naik ke batu goa agar mudah melihat dan meraba gambar tersebut. Konon, gambar tangan itu adalah tangan perempuan. Asri pemandu kami mengatakan usia gambar itu sudah lebih dari 5.000 tahun. Bahkan ada yang mengatakan 8.000 sebelum masehi, goa-goa ini sudah didiami oleh manusia purba. Berarti nenek moyang kita sudah lebih dahulu ada disana dong? Di dalam goa udara panas, sehingga membuat berkeringat. Setelah mengambil beberapa foro kami bergegas turun.

[caption id="attachment_172497" align="aligncenter" width="600" caption="Didalam Goa Pettakere, pengap dan membuat berkeringat"]

1329792340925927490
1329792340925927490
[/caption]

Goa yang lain adalah goa Pettae menghadap ke barat, kira-kira jaraknya 300 meter dari Goa Pettakere. Sebelum masuk goa ada bekas cangkang kerang laut yang berserakan di bawah dan di dalam goa. Jadi ribuan tahun yang lalu lokasi ini adalah sebuah pantai. Pintu goa diberi pagar besi an diberi kunci. Untunglah ada Asri yang membawa kunci sehingga kami bisa masuk kedalamnya. Dilantai goa lagi-lagi ditemukan kerang laut. Dan di dalam goa ini adalah lima gambar telapak tangan dan satu gambar babi rusa meloncat dengan anak panah di dadanya.

1329792124255209969
1329792124255209969
Mengenai gambar tangan, ada tradisi purba masyarakat setempat yang menyebutkan, gambar tangan dengan jari lengkap bermakna sebagai penolak bala, sementara tangan dengan empat jari saja, berarti ungkapan berduka-cita.

Melihat hasil gambar yang tampak presisi, barangkali benar analisis yang mengatakan bahwa gambar itu dibuat dengan cara menempelkan tangan ke dinding goa, lalu disemprotkan dengan cairan berwarna merah. Zat pewarna ini mungkin berasal dari mineral merah (hematite) yang banyak terdapat di sekitar goa, atau dari getah pohon yang dikunyah seperti sirih.

Beberapa saat diatas goa kami segera turun lagi. Di sekitar daerah ini ada terdapat banyak sekali goa sebanyak semacam ini. Jika diteliti lebih mendalam, situs ini mungkin akan berbicara lebih banyak dan menjelaskan masa pra sejarah kita semua.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun