Purbararang belum puas hanya menyingkirkan adiknya, dia ingin adiknya mati agar kekuasaan kekal berada di tangannya. Maka diutuslah Aki Panyumpit untuk membujuk Purbasari ke istana, akan diperdaya dengan mengikuti tantangan yang diberikan Purbararang. Purbasari sebenarnya tidak mau, tetapi atas dorongan Inang pengasuhnya dan Lutung Kasarung dia pun pergi ke istana.
Di istana Purbararang mengajukan 3 buah tantangan, siapa yang menang berhak atas mahkota kerajaan. Dan yang kalah akan meninggalkan istana tanpa leher, alias dipancung! Lagi-lagi Purbasari ragu-ragu, tetapi Lutung Kasarung kembali meyakinkan Purbasari untuk mengikuti tantangan tersebut.
Tantangan pertama adalah tanaman padi mana yang terbaik antara yang ditanam Purbasari dan Purbararang? Tantangan kedua, tenunan kain mana yang terbaik yang ditenun diantara mereka? Yang ketika Purbasari diminta menjinakkan banteng berkulit tembaga yang ganas. Dan ketiga-tiganya dimenangkan Purbasari.
Adegan yang menarik ketika Purbasari harus menundukkan banteng yang ganas. Alih-alih dengan kekuatan, Purbasari justru menyanyi dan meminta agar banteng berbelas-kasihan kepada dia dan masyarakat, dan jangan mengamuk. Si banteng pun tunduk, kemudian Purbasari sendiri yang melepaskannya dari dalam kerangkeng. Dan si banteng ganas itu menari-nari kesana kemari, diiringi rentak gendang khas Sunda yang energik. Si banteng ngebodor. Lucu! Malah sebelum keluar dari panggung, banteng itu mengangkat kedua tangannya eh kedua kaki depannya dan berteriak : "Hidup Persib!" ... Ha ... Ha ... Ha ... Penonton pun ikut bersorak riuh!

Purbararang yang merasa kalah disemua tantangan yang dibuatnya sendiri, akhirnya menentukan satu syarat lagi. Mana yang lebih ngganteng calon suami diantara mereka berdua! Purbasari pun panik dan tidak punya pilihan lain, terpaksa Lutung Kasarung-lah yang diajukan. Dan sudah tentu Lutung Kasarung bukan tandingan dengan ketampanan Indrajaya!
Purbasari pun diseret dan akan dipancung. Lutung Kasarung tidak rela dan mengamuk membela Purbasari. Untuk mengatasi amukan ini, Indrajaya menusuk leher Lutung Kasarung dengan senjatanya. Darah pun muncrat. Di Layar panggung, bercak darah yang disorot dari LCD, ada dimana-mana. Adegan menjadi dramatis, suara erangan sekarat Lurung Kasarung menjadi dominan. Dan semua pemain berdiri diam seperti posisinya yang terakhir. Yang bergerak hanya Lutung Kasarung dan suara erangan kematiannya. Purbasari ikut menangis, menangisi dirinya, dan kematian Lutung Kasarung. Sebuah adegan yang dramatis.
Sejenak kemudian, Lutung Kasarung berubah menjadi Guruminda, seorang pemuda tampan anak dari Sunan Ambu penguasa negeri langit. Selanjutnya, anda pasti tahu akhir ceriteranya.
Siang itu pemeran Purbararang Astrid Fitria Sari bermain lepas dan mampu membawakan karakter Purbararang dengan baik, sebagai ratu yang cantik, dingin dan kejam. Begitu juga Rachmi Awlya bermain apik, memerankan Purbasari yang cantik, anggun, sabar dan berjiwa besar. Mereka dan seluruh pemeran mampu menjanyi dengan artikulasi yang terjaga dengan baik.
Pegelaran ditutup dengan seluruh pemain dan semua yang terlibat muncul dipanggung. Irama musik Pasir Batang menjadi latar belakang, mengentak, meriah dan memberi kesan gegap gempita. Didi Petet muncul terakhir dengan udeng khas Sunda. Sebuah pertunjukan yang menarik dan apik. Selamat buat Didi Petet dan tim pendukungnya.
PESAN SPIRITUAL